Benar kata kawanku, cintailah seadanya saja,
seadanya sedikit? Silahkan
seadanya banyak? Eits…jangan terlalu, tidak baik
seadanya pandangan pada kekurangannya saja
di kala bersandar pada pohon tua, aku rasa biasa saja
satu … dua … helai daun hendak mampir pada pundakku
ok, tapi sekarang bukan musim gugur
lantas?
ku biarkan rasa damai siap menemaniku menikmati aroma wangimu
ku biarkan nakalnya tatapanku merayu ketampananmu
ku biarkan usilnya tanganku mendarat pada kehalusan rona pipimu
ku biarkan aku pada keliaranku
kepada para penonton, haraplah tenang
ini bukan sandiwara panggung yang memerlukan gemuruh penghormatan
karena semua tersaji dalam hati, dan anda tidak akan tepat memberikannya
duduklah manis dan tajamkan perhatian anda
tak ada prosesi penting untuk memulai
hanya saja aku benci untuk menjadi tokoh
tapi sutradara berkata lain
aku pantas memainkannya
tak sulit rupanya menjadi orang di atas panggung, sungguh
luar biasa aku bisa berbuat semauku, iya …
sadar … ada sutradara
tapi ku nikmati apa yang telah diberikannya
tak banyak berharap, hanya saja kebetulan
aku tak berdiri di atas panggung sendiri
hai … selamat datang, sekiranya aku lebih dulu
tak ada salahnya kau menyapa ,mendahului aku
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H