Mohon tunggu...
Danu Cahya Prastiyo
Danu Cahya Prastiyo Mohon Tunggu... Koki - Laki Laki

Mahasiswa Penerima Beasiswa 50% Sekolah Tinggi Pariwisata Trisakti

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Mengenal Lebih Dekat dengan Suku Baduy (Part 1)

29 Juli 2020   14:03 Diperbarui: 29 Juli 2020   14:33 101
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
rumah-adatindonesia.blogspot.com

Hallo semua, selamat datang di halaman artikel terbaru saya, Perkenalkan nama saya Danu Cahya Prastiyo ,Penerima Beasiswa 50% Sekolah Tinggi Pariwisata Trisakti, Atikel yang saya buat ini bertujuan untuk memberikan informasi kepada masyarakat luas tentang Suku Baduy, Selamat Membaca.

Orang Kanekes atau orang baduy/ badui, merupakan kelompok etnis masyarakat adat suku sunda, di wilayah pedalaman Kabupaten Lebak, Banten. Populasi suku baduy sekitar 26.000 jiwa.

Kampung Gajeboh, adanya di desa Kanekes, Banten. Disinilah orang baduy tinggal. Leluhur baduy adalah orang yang sangat patuh dengan adat, mereka teh pantang nerima budaya modern. Ini mah ada sebabnya, kata orang tua dulu, orang modern mah pinter pinter, sangking pinternya banyak yang minterin orang. Ini adalah salah satu sebab orang baduy menutup diri dari dunia luar. Kini, aturan itu cuman berlaku buat orang Baduy Dalam. Baju mereka selalu hitam putih, cirinya yaitu nggak boleh lepas sogek atau ikat kepala, yang juga berwarna putih. Tempat tinggal orang Baduy Dalam sekitar 8 kilo dari kampung gajeboh. Orang luar boleh datang, Tapi teu menang motret apalagi direkam video. Pantang pisan. 

Kalau kampung gajeboh sudah termasuk Baduy Luar. Bahkan sebagian dari mereka sudah berpakaian layaknya orang kota, Meski begitu, masih banyak aturan aturan leluhur yang nggak boleh dilanggar. Salah satunya adalah bangunan rumah yang semuanya berbentuk panggung, inilah yang membuat semua orang yang berada didalamnya merasa lebih hangat. Kampung gajeboh terletak di pedalaman hutan, jadi suasana disana masih sejuk. Dan ini yang paling penting, semua rumah orang baduy harus menghadap selatan. Bagi penganut Sendawiwitan, inilah kiblat untuk beribadah orang baduy.

Salah satu mata pencaharian suku baduy adalah membuat gula Kawung. Kawung disana teh artinya Aren. Jadi, gula kawung adalah gula Aren. Buat bikin gula yang diambil dari pohon adalah Air Nira nya, biasanya teh air nira di sadap 2 hari sekali, isuk isuk jeung sore bae. Hasil sadap air nira ditampung ke dalam tempat bambu yang biasa disebut lodok. Orang baduy membuat gula tidak dirumah, melainkan di saung. Soalnya bikin gula ini membutuhkan api yang gede, lagi pula bahaya atuh kalo dirumah,terus asapnya juga takut ngeganggu tetangga. Oh iya, gula kawung ini hanya boleh dibuat oleh orang baduy luar , orang baduy dalam mah nteu boleh bikin gula, palingan teh minum air  dari pohon aren. Gula kawung dari baduy banyak dicari orang. Katanya teh gula orang baduy tepat di gieung, maksudnya rasa manisnya pas dimulut, nggak manis manis teuing.

Biasanya disiang hari orang baduy pada pergi ke ladang, makanya kalo di kampung siang siang mah sepi, ramenya mah pas peuting. Maksudnya kampung gajebo rame pas malem. Kalau malam hari disana nggak ada listrik, apalagi lampu, untuk penerangan malam warga kampung gajeboh menggunakan lilin dan obor.

Mungkin cukup sampai disini bagian Part 1, selanjutnya akan di update minggu depan part 2 nya, "Terima kasih yang sudah membaca."

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun