Musim hujan telah berlalu. Memasuki bulan Mei sudah jarang penduduk Yogyakarta menemui hujan yang deras dan temponya sering. Hujan yang sering dirasakan pada bulan-bulan lalu ternyata menimbulkan berbagai macam penyakit diantaranya demam berdarah (DBD), leptospirosis, diare, dan masih banyak lagi. Tetapi penyakit-penyakit tersebut tidak disebabkan karena adanya hujan, tetapi karena perilaku manusia dan berakibat saat hujan.
Berdasarkan artikel pada website tribun Jogja bulan Februari 2019 bahwa kasus DBD per Februari 2019 mengalami kenaikan yang cukup signifikan. Selain itu kasus leptospirosis terdapat lima kasus per Februari 2019.
 Kasus-kasus ini mengindikasikan bahwa tingginya curah hujan dan tidak bersihnya suatu lingkungan menyebabkan kondisi di Yogyakarta siaga terhadap penyakit. Penyakit DBD dan leptospirosis disebabkan oleh dua hewan.Â
Mahasiswa Bioteknologi mempelajari epidemiologi penyakit dalam kajian bidang Teknik Pengendalian Vektor dimana DBD disebabkan oleh nyamuk dan leptospirosis disebabkan oleh tikus. Awal mula terjadinya penyakit tersebut disebabkan karena lingkungan yang kotor dan lembab. Lingkungan yang kotor dan lembab digemari oleh hewan-hewan seperti tikus, nyamuk, kecoa, dan masih banyak lagi. Penyakit-penyakit tersebut sangat krusial karena menyebabkan kematian. Angka kematian akibat penyakit-penyakit tersebut dibilang masih tinggi karena setiap tahunnya masih ada manusia yang menjadi korban.
Mulanya berawal dari menumpuknya barang-barang di suatu tempat misalnya gudang atau bagian lain  di dalam atau luar rumah yang menyebabkan mereka nyaman kemudian menjadi tempat bersarangnya hewan-hewan penyebab penyakit seperti itu.Â
Tanpa disadari hewan-hewan tersebut melakukan aktivitas normal seperti kita seperti buang air dan berkembang biak ditempat tersebut. Akibatnya pada saat hujan datang jika rumah tersebut  tergenang air atau terkena banjir maka kotoran yang ada pada tempat tersebut bercampur dengan air. Dari situlah awal mula terjadinya penyakit tersebut yang mengganggu dinamika kehidupan di masyarakat.
Maka dari itu, mulai sekarang marilah kita membersihkan tempat-tempat yang masih lembab dan menyebabkan terjadinya sarang penyakit sembari hujan tidak turun dengan sering. Masih ada waktu untuk membersihkan tempat-tempat supaya tidak terjadi lagi penyakit demam berdarah dan leptospirosis. Alangkah lebih baiknya sering dilakukan monitoring atau pengawasan terutama disaat menjelang hujan.Â
Kebersihan harus dijadikan sebagai gaya hidup supaya dapat menjadi fokus utama membuat lingkungan menjadi bersih. Tidak terpungkiri lagi terkadang kesehatan dinomor duakan. Hasilnya berakhir pada berobat dan menghabiskan banyak uang untuk melakukan pengobatan supaya sembuh. Tak sedikit yang berujung kematian, sehingga menyesal tiada guna.Â
Oleh sebab itu perlu dilakukan dan digalakan sosialasi kembali dari pemerintah dan para pengurus desa atau kompleks supaya masyarakat diingatkan untuk sadar akan kesehatan dan angka kesehatan di kota Yogyakarta meningkat serta pendapatan meningkat. Tiada guna jika hasil yang didapat digunakan untuk berobat, marilah mulai sekarang memperbaiki lebih baik daripada mengobati. Salam Sehat!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H