Penampilan boleh seperti berandalan, tapi akal dan etika masih tetap dalam norma dan kaidah seorang yang berpendidikan. Permasalahan demi permasalahan timbul dalam setiap langkah dan perjalanan dikarenakan penampilan yang pada akhirnya menimbulkan sebuah pertentangan dan diskriminasi sepihak.Â
Dan pada dasarnya kebebasan seseorang berpenampilan dan berpendapat merupakan suatu semboyan bangsa Indonesia yang menjunjung tinggi Bhineka Tunggal Ika, "berbeda -- beda tetapi tetap satu". Akan tetapi semboyan ini hanya menjadi sebatas semboyan pada hari ini.
Berbicara soal penampilan tidak lengkap rasanya kalau kita tidak membahas kaum - kaum marginal atau kaum -- kaum yang terpinggirkan, yaitu sekumpulan orang - orang yang memisahkan diri dari sebuah aturan atau sebuah ketetapan yang bertentangan dengan paham dan ideologi mereka.Â
Meskipun pada sasana kehidupan hari banyak sekali orang - orang yang memisahkan diri atau memarginalkan diri mereka tanpa alasan dan penyebab yang pasti, sehingga menimbulkan stigma negatif terhadap mereka.
Berangkat dari permasalahan penampilan dan pengambilan sikap untuk memarginalkan diri, tidak lepas rasanya dari peran oknum - oknum tertentu, yang memiliki tanggung jawab akan hal ini.Â
Semisal; seorang anak remaja yang memutuskan diri menjadi anak punk yang notabenenya dianggap sebagai kaum atau sekumpulan orang -orang marginal, permasalahan ini sering muncul ketika peran orang tua untuk membimbing dan mendidik karakter anak sejak usia dini tidak berjalan dengan baik , sehingga anak lebih cenderung memilih gaya hidup yang bebas tanpa tau apa dari efek sampingnya
Dan kalau kita bawa lagi permasalahan ini kerana kehidupan berkewarganegaraan, banyak sekali orang - orang yang merasa ter-marginalkan dan pada akhirnya mengambil sikap untuk memarginalkan diri mereka dengan alasan yang tepat.Â
Akan tetapi kurangnya edukasi dari oknum - oknum yang mempunyai kewajiban akan ini, menimbulkan stigma yang berbeda dari orang - orang yang merasa ter-marginalkan dan memarginalkan diri.
Ketika permasalahan ini kita bawa kerana intelektual, seperti ranah kemahasiswaan, banyak sekali permasalahan yang ditimbul ketika sebuah kampus yang pada awalnya merupakan institusi keagaman dan berubah menjadi institusi yang universal. Semisal, permasalah penampilan dan gaya pola pikir banyak sekali menjadikan mahasiswa yang pada hari ini memilih sikap memarginalkan diri dari aturan - aturan yang ada.Â
Dikarenakan penerapan ideologi dan kajian universal yang membuat mahasiswa memiliki pola pikir yang lebih universal, akan tetapi dengan kebelum siapan sebuat institusi tadi menerima sebuah pemikiran dan pola yang universal sehingga menjadikan pengekangan ideologi dan pada akhirnya memunculkan mahasiswa - mahasiswa yang memarginalkan diri dari aturan yang ada.
Pada dasarnya permasalahan penampilan pada hari ini masi saja menjadi masalah yang sensitif dan pada akhirnya menimbulkan pertikai, pertentangan, dan memunculkan banyaknya kaum - kaum yang meras di diskriminasi dan pada akhirnya memilih untuk memarginalkan diri dari aturan yang telah ada. Baik itu dalam sebuah keluarga, institusi pendidikan, derah, dan berkewarganegaraan.