"Sepakat kalau membaca mengubah orang. Salah satu hal yang paling saya rasakan adalah meningkatnya pengetahuan dan perubahan sudut pandang/cara berpikir" jelas Mario.
Anak muda yang lahir dan besar di Limalas, Misool Timur ini, pada tahun 2020 lalu mejadi juara satu dalam lomba Duta Genre Papua Barat, dan semenjak lulus dari Universitas Victory Sorong bekerja sebagai pengajar di Kota Sorong.
Menurutnya, membaca memberikan banyak referensi sehingga membuatnya menjadi mengetahui  banyak hal. Dan secara langsung membuatnya menjadi lebih kritis dalam berpikir.
 "Saya lahir dan dibesarkan oleh keluarga yang senang membaca, apalagi mama. Sehingga kebiasaan membaca sudah dimulai sejak kecil" begitu cerita Mario, saat membagikan pengalamannya berkenalan dengan buku dan membaca.
Walau ia pun merasa bahwa karena dulu waktu kecil ia tinggal di kampung, maka tidak punya akses untuk mendapatkan banyak buku bacaan. Dan akibatnya, buku-buku lama yang ia baca berulang.
"Akhirnya bisanya membaca buku-buku yang sudah lama, atau buku pelajaran sekolah atau buku renungan gereja milik mama, dan dibaca secara berulang-ulang" ungkap Mario.
Walau ada juga majalah Bobo, masuk sampai ke kampung. Tapi tidak bisa setiap bulan. Itu sebabnya, dulu ada susu bubuk yang kalau dibeli ada hadiah buku dongengnya berjudul "Aku dan Kau," yang kerap dibeli ibunya. Â "Dulu saya tidak suka minum susu itu, jadi setiap orang tua membelinya, saya hanya mengincar buku ceritanya saja" lanjutnya.
Bisa jadi ini salah satu sebab mengapa Mario juga memiliki taman baca di kampungnya, yang bernama TBI Edward Jenner.
Di tengah kesibukannya menjadi tutor di Golden Gate Sorong, dirinya tetap meluangkan waktu untuk membaca. "Saya sedang baca "Educated" ditulis oleh Tara Westover.
Buku ini menceritakan perjalanan kehidupan Tara yang lahir dan dibesarkan di keluarga yang menolak perkembangan sehingga membuat dirinya dan saudara-saudaranya tidak diijinkan untuk bersekolah. Karena dianggap sekolah adalah hal yang buruk" jelas Mario.Â