Mengapa Saya Menulis?
"Saya biasanya membaca pada akhir pekan, Sabtu dan Minggu. Sebab pada hari kerja akan terbelit urusan tugas yang tak pernah selesai." Begitu jawab Bu Dewi Linggasari melalui surat elektronik pada pertanyaan yang saya ajukan.
Alumni jurusan Antropologi Universitas Gadjah Mada (UGM) kelahiran Pekalongan ini, telah lama tinggal dan menetap di Kota Agats, Kabupaten Asmat, Provinsi Papua. Selain bekerja sebagai ASN, ia juga adalah seorang penulis buku yang cukup produktif setelah sebelumnya semasa kuliah ia menjadi asisten peneliti di Pusat Studi Pedesaan dan Kawasan UGM.
Jika tidak sedang membaca buku, ia menggunakan waktunya untuk sekedar membaca berita di internet untuk memahami situasi terakhir.
Beberapa buku yang berkesan buatnya, untuk kategori novel sejarah ia sangat terkesan dengan Serial Gadjah Mada, karya Langit Kresna Hariadi. "Pak Langit mampu menghidupkan tokoh sejarah, duka cerita dengan bahasa yang indah dan santun. Untuk kategori sastra Ahmad Tohari, dengan buku -- bukunya dari Trilogi Ronggeng Dukuh Paruk" ungkapnya.
"Itu sebab jika ada kesempatan bertemu penulis, maka saya ingin bertemu Langit Kresna Hariadi, seorang penulis novel sejarah tanpa tanding dan Ahmad Tohari ini" lanjutnya.
Pengalaman menulisnya bermula sejak kanak-kanak, yang dimulai dengan menulis puisi. Bermula sejak SD ia sudah menyukai kegiatan menulis, tetapi baru SMP dan SMA karya-karyanya tersebut ia kirim ke majalah dinding sekolah, dan dipajang di sana.
"Saya mulai menulis novel saat kuliah. Tetapi ternyata tidak mudah, karena tak satupun novel yang terbit ketika kuliah" terangnya. Kegagalan karya tulisnya diterbitkan waktu masa kuliah, tak menyurutkan langkahnya untuk terus menggeluti dunia yang ia sukai itu.
Menulis juga mengingatkannya pada sosok sang Ibu. Ibunya adalah seorang guru SD yang selalu selalu menanamkan pentingnya membaca. Di mana tentu saja pada saat itu penekanannya pada buku cerita anak-anak. Dan ternyata, membaca menjadi kegiatan yang sangat menyenangkan baginya. Apapun judul yang ia baca rasanya buku-buku tersebut menginspirasi, melatih konsentrasi dan menguatkan cita-cita.
Pada tahun 1996, ia menjadi pegawai negeri di Papua. Tinggal di Papua sungguh memperkaya pengalaman batinnya, dan segera saja menjadi bekal menulis. Berpangkal dari hal itu, dirinya mulai menulis dengan kesungguhan.