Mohon tunggu...
D. Rifanto
D. Rifanto Mohon Tunggu... Konsultan - Membaca, menulis dan menggerakkan.

Tinggal di Sorong, Papua Barat. Mempunyai ketertarikan yang besar pada isu literasi dan sastra anak, anak muda serta pendidikan masyarakat. Dapat dihubungi melalui dayurifanto@gmail.com | IG @dayrifanto

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Kisah Empat Sobat Cilik di Rimba Papua

23 November 2021   07:54 Diperbarui: 2 September 2024   18:13 520
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : Dayu Rifanto

Kisah tentang Pohon Kelelawar & Ingatan Rimba Papua.

Sebenarnya, sebuah kebetulan semata, saya bisa bertemu karya Sabine Kuegler yang berjudul "Jungle Child" di tahun 2014 lalu. Saat itu, saya sedang berhadapan dengan tugas akhir kuliah, dan saat tak menemukan titik terang diterima oleh pembimbing, kalut melanda. Saya butuh istirahat, dan pilihan ke toko buku jadi pilihan terbaik buat cuci mata.

Mata saya jatuh pada tumpukan buku, di sebuah toko buku besar di jalan pandanaran, semarang. Covernya dihiasi wajah perempuan berambut pendek, dengan tatapan nanar. Ternyata ia adalah Sabine. Sabine Kuegler adalah seorang perempuan yang berasal dari Jerman. Saat ia berumur lima tahun, bersama orang tua, kakak serta adiknya, mereka menetap di tanah Papua. 

Tinggal di tengah hutan terpencil di daerah orang Fayu, yang saat itu baru terhubung dengan masyarakat yang lainnya. Sabine kecil bermain bersama teman-temannya, anak-anak suku Fayu. Ketika menginjak usia 17 tahun, dirinya pindah ke Swiss dan masuk sekolah berasrama.

Dari tahun 2003 ia pun tinggal di Jerman dan bekerja sebagai penulis. Buku pertamanya, yang terkenal dengan judul "Jungle Child", saya temukan di antara tumpukan buku di sebuah toko buku di Semarang, bagai harta karun saja rasanya.

Buku mungil yang kemudian saya baca tuntas dalam waktu tiga hari, sedikit banyak bisa melepaskan diri dari ingatan akan pembimbing kuliah. Rinduku pada rimba Papua, begitu tulis Sabine. Bertahun-tahun kemudian, ketika akhirnya saya menetap di Sorong, ada seorang sahabat memberikan saya sebuah hadiah buku anak bergambar yang ditulis oleh, Sabine! -- wah, kejutan ini, pikir saya.

"Aku ingin punya sayap seperti kelelawar, supaya bisa terbang di atas hutan--lebih hebat dari pesawat manapun"--Pohon Kelelawar, Sabine Kuegler. Melalui buku yang diberi sahabat ini, saya baru tahu, bahwa selain "Jungle Child" Sabine menulis buku cerita anak bersama sahabatnya bernama Cornelia. Jika "Jungle Child" merupakan sebuah novel, maka "Pohon Kelelawar" adalah buku bacaan anak bergambar.

Pohon Kelelawar adalah sebuah buku cerita yang ditulis ulang oleh sahabat Sabine bernama Cornelia Neudert, yang begitu tertarik dengan cerita dari rimba Papua.

Jadi cerita-cerita dari Sabine ini kemudian digali melalui banyak pertanyaan oleh Cornelia, dan disusun menjadi kisah yang mewujud dalam buku "Pohon Kelelawar".

Kisah dalam buku ini menceritakan persahabatan Sabine, dan adiknya bernama babu, yang berteman dengan Akekaro dan Bagus, keduanya anak dari suku Fayu. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun