Mohon tunggu...
D. Rifanto
D. Rifanto Mohon Tunggu... Konsultan - Membaca, menulis dan menggerakkan.

Tinggal di Sorong, Papua Barat. Mempunyai ketertarikan yang besar pada isu literasi dan sastra anak, anak muda serta pendidikan masyarakat. Dapat dihubungi melalui dayurifanto@gmail.com | IG @dayrifanto

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Mendung di Mata Niko

20 November 2021   06:11 Diperbarui: 20 November 2021   06:52 373
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto : Dayu Rifanto

Orang-orang semakin banyak berdatangan, dan riuh bergumam. Niko tak berhenti menangis. Angin mulai bertiup kencang, serasa ikut bersedih.

Orang-orang tua berembuk, Niko ternyata tak diijinkan ikut ke rumah sakit, walau Jhon dan Mira serta pihak sekolah bersedia membayar semua biaya yang keluar. Jhon seolah tak percaya.

Niko akan mereka urut secara tradisional, dan diobati oleh seorang tukang urut dari kampung. Dong percaya, bahwa tak begitu saja Niko jatuh, ada sebuah kekuatan yang tak bisa dimengerti yang membuat hal itu terjadi. Jhon merasa begitu susah memahaminya.

Ia pun segera ingat pengalaman dirinya dulu, yang nyaris saja jari kaki lainnya akan putus, seandainya tak segera dilarikan ke rumah sakit. Setelah mendapat pengobatan tradisional. Untuk itu, Jhon begitu bersyukur karena pengobatan tradisional pernah membantunya, seraya dilengkapi dengan penanganan medis yang tepat.

Bayangan tangan Niko diurut dan tak kembali dengan bentuknya semula, menganggu betul pikiran Jhon, juga Mira. Tapi mereka perlahan mulai memahami, ketika tiada fasilitas kesehatan terdekat yang bisa diandalkan dan berhadapan dengan begitu sedikitnya pilihan.


Sore itu kemuraman seolah menggantung di atas senja. Ternyata ada banyak hal yang belum diketahui oleh Jhon dan Mira, pada daerah tempat dorang tinggal.

Dong dua merasa begitu banyak pertanyaan belum terjawab.

Tapi saat akan meninggalkan Niko, Mira dan Jhon melihatnya sedang tersenyum kecil tetapi dengan sorot mata yang begitu tajam, melihat balik.

Apa yang membuat Niko tersenyum begitu aneh?  Tanya Mira dan Jhon yang tak terjawab.

Kilatan cahaya petir disambung suara menggelegar guntur pun hadir.

Disertai hujan begitu deras yang tiba-tiba saja turun, sore itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun