"Anak-anak, yang bikin saya akhirnya betah. Sa jatuh cinta dengan dorang, begitu bertemu mereka" ungkap Mira suatu hari pada Jhon, ketika ia baru mulai tinggal di pulau tersebut, serta alasan mengapa mau di sana.
Di pulau -- pulau ini, tak mudah menemukan wajah pendidikan melalui guru, dan kesehatan melalui dokter, suster dan mantri, mereka terasa asing. Itu yang menyebabkan, bagi orang baru, tidak mudah tinggal di kampung di sebuah pulau. Buat Mira dan Jhon, hal itu bukan masalah besar, dan keduanya betah menetap di sana.
Walau pernah suatu ketika, Jhon mengalami kecelakaan kecil. Kelingking kirinya putus, karena saat di laut ia salah menginjak insurdam. Ia panas tinggi, dan saat itu mereka belum punya speedboat, sehingga tak bisa cepat dilarikan ke luar pulau.
Untuk penanganan awal, ia berobat pada tete tua yang merapal doa dan mencari tumbuhan obat, untuk mengobati lukanya itu. Ternyata itu membuat ia bisa bertahan, walau jika tak cepat diantar dan dirawat di sebuah rumah sakit di Sorong. Ia nyaris kehilangan jarinya yang lain.
Seperti itulah kecintaan Jhon dan juga Mira, pada orang-orang yang tinggal di pulau ini. Tentu saja, bukan perkara mudah menetap dan jatuh hati tinggal bertahun-tahun di pulau dengan akses terbatas.
*
"Kita harus segera beritahu orang tua Niko" begitu teriak Jhon pada Mira. Segera mereka memacu speedboat mereka untuk segera pulang ke kampung Sawinai.
Orang-orang bersegera berkumpul di dermaga kecil itu, karena mendengar keriuhan suara Niko.
"Bapa, kitong harus segera bawa ke rumah sakit?"
"Ya tapi itu berarti di Sorong, dan harus tempuh 3-4 jam perjalanan?"
"Bapak, kami rasa harus tanggung jawab, nanti semua biaya yang keluar di rumah sakit, biar kami yang tanggung" begitu jelas Jhon pada Niko punya bapak.