[caption id="attachment_329466" align="aligncenter" width="361" caption="Kareem saat shalat di K2, Film Vertical Limit (dok. google)"][/caption]
Vertical Limit merupakan film lama yang entah ke berapa kalinya saya tonton. Layaknya film bernuansa petualangan selalu saja menyuguhkan aksi penuh mendebarkan adrenalin, tak terkecuali vertical limit. Hari ini, kembali saya putar lalu menontonnya dengan tujuan sekedar membasahi rasa dahaga kerinduan akan dunia pendakian naik gunung. Jika manifestasi jiwamu adalah petualang maka akan ada satu waktu dalam dirimu tak mampu meredam rindu atas hal itu. Selalu ada sugesti yang membawamu pada kelengang-an liar serta damainya suasana belantara sana.
Jujur saja, saya selalu menyukai film-film yang mengisahkan pengembaraan. Sebab melalui film tersebut seseorang dapat belajar banyak hal diantaranya survival yang kelak berguna baginya. Bahwa survive adalah kondisi yang menuntut nalar agar tetap bekerja normal pada lingkungan yang tak bersahabat. Pelajaran tentang teori bertahan hidup serta gemar mempraktekkannya akan sangat membatu jika nantinya mendapati situasi yang kritis.
Film ini di publikasikan pada tahun 2000 dengan mengambil setting tempat di K2, Karakoram Mountain Range, Pakistan. K2 merupakan puncak tertinggi kedua di dunia dan terkenal akan keganasan alamnya. Vertical limit menggambarkan upaya search and rescue di tengah bayang-bayang situasi yang ekstrim. Pencarian dan penyelamatan dilakukan terhadap tiga orang pendaki yang terjebak dalam suatu lubang di K2 sebagai zona mati di atas batas vertikal, dimana daya tahan tubuh seseorang tak dapat bertahan lama. Operasi rescue menuntut kecepatan dan personil yang kompeten untuk melakukannya.
Faktor eksternal merupakan bahaya terbesar yang mengintai hingga merenggut nyawa pendaki dalam film ini. Vertical limit seakan ingin menyampaikan pesan bahwa pendakian membutuhkan manajemen yang baik serta tak kalah pentingnya pengetahuan akan medan sebagai faktor penentu berhasil tidaknya suatu pendakian. Juga pelajaran lainnya, segemar apapun seseorang mendaki gunung tetap saja ia tak bisa melawan kuasa semesta. Manusia masih terlalu lemah ketika di perhadapkan dengan alam.
Lewat film vertical limit, kita bisa memungut pesan cinta dan keteguhan hati kepada keyakinan. Bentuk penghambaan Kareem kepada penciptanya ditunjukan dalam film ini dengan tak melalaikan ibadah, ia tetap mendirikan shalat di K2 dan menengadahkan doa ke langit. Karem sebagai bagian tim pencari adalah muslim Pakistan yang memegang teguh keyakinannya. Sungguh seorang pendaki yang memelihara kecintaannya pada Pencipta semesta lewat sujud dimanapun berada tak terkecuali di tempat seganas K2. Suatu sikap religius yang layak ditiru oleh khalayak ramai utamanya pendaki di indonesia, tentunya.
Saya mencoba melihat sebuah sisi lain dari film pendakian gunung. Vertical Limit menebarkan benih pesan islami tentang penghambaan kepada Sang Maha Pencipta bahwa bisa dilakukan dimana saja bahkan sekalipun tengah berada di atas gunung dengan cuaca yang dingin. Secara fasih Kareem melafazkan surat al-ikhlas dalam ritual sholatnya. Tiba-tiba saya tercengang dengan perbincangan Kareem kepada temannya Malcom "semua orang akan mati. tetapi Allah berfirman apa yang kita lakukan sebelum kita mati yang di perhitungkan"
Menjaring inspirasi setelah kesekian kalinya menonton ulang film Vertical Limit.Â
Tulisan yang sama juga di halaman http://gurila405.blogspot.com/
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H