Mohon tunggu...
Kabar Kalimantan
Kabar Kalimantan Mohon Tunggu... Wiraswasta - Agah kampong

Agah kampong adalah media sosial Informasi layanan publik merupakan situs berita independen terlengkap menyajikan berita politik, ekonomi, tekno, lingkungan, sosial dan budaya secara berimbang, akurat dan terpercaya.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Suku Dayak Bakati Kalimantan

22 September 2024   18:10 Diperbarui: 22 September 2024   21:20 232
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

                            DAYAK BAKATI''.

Sub-suku ini dari kalangan Dayak dinamakan orang BAKATI' dikarenakan dari segi bahasa. Istilah Bakati' terdiri dari dua kata, yaitu"ba", sebuah awalan yang sepadan "ber," yang berarti "mempunyai kata", dan "kati", sebuah kata dasar yang berarti "tidak". Dalam ucapan sehari-hari, perkataan "kati" sering muncul, sehingga dipakai untuk menyebut identitas penutur bahasa tersebut.

tak jarang diketahui masyarakat banyak pada masa lalu nenek moyang Dayak Bakati' juga terkenal dengan tradisi "kayau" atau "mengayau". Berburu kepala musuh ( Heat hunting ). 

Ritual yang populer dalam masyarakat Dayak Bakati' adalah ritual adat Nyabangk, (nyobeng) yakni tradisi ritual nariu, (tariu) mencuci tengkorak manusia hasi mengayau, kayau perburuan kepala (heat hunting).
Yaitu upacara adat tradisi nyabangk / nyobeng, dan upacara adat Barapesawa. 

Tidak dipungkiri dio punggo (rumah adat) adalah bukti masyarakat dayak bakati sampai saat ini masih tetap dilestarikan, dio punggo merupakan rumah adat tempat untuk menyimpan tengkorak hasil perburuan kepala musuh headhunter pada zaman dahulu.

Barapesawa pada hakikatnya merupakan adat menutup siklus tahun perladangan yang lama dan membuka tahun perladangan yang baru. Bagi masyarakat adat Dayak Bakati'  padi dan beras bukanlah semata-mata komoditas semata, melainkan berkat Jubata (Tuhan Sang Pencipta) yang harus disyukuri.

Sumber : stepanus

Editor : admin

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun