Mohon tunggu...
dawamihafidz
dawamihafidz Mohon Tunggu... Lainnya - Universitas Sunan Ampel Surabaya

Suka Menulis dan Membaca

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Isu Lingkungan: Bumi Langka Keanekaragaman Hayati

29 November 2024   19:36 Diperbarui: 29 November 2024   19:36 30
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Analisis Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Keanekaragaman hayati adalah berbagai kehidupan di Bumi, termasuk berbagai tumbuhan, hewan, dan mikroba beserta habitatnya. Salah satu unsur keanekaragaman hayati adalah jumlah spesies; unsur lainnya meliputi keanekaragaman genetik dan ekosistem yang mendukung kehidupan. Keanekaragaman hayati adalah kunci keseimbangan ekosistem dan juga penting bagi kelangsungan hidup manusia di planet ini. Namun, bencana keanekaragaman hayati saat ini merupakan salah satu yang terburuk yang pernah terjadi di bumi. Indeks bencana ini mencakup meningkatnya tingkat kepunahan spesies, kerusakan habitat yang meluas, dan penurunan umum dalam kualitas ekosistem.

Menurut penilaian ilmiah yang diterbitkan oleh Platform Kebijakan-Ilmu Antarpemerintah tentang Keanekaragaman Hayati dan Layanan Ekosistem (IPBES), banyak dari sekitar satu juta spesies yang terancam punah akan punah dalam waktu dekat jika manusia terus membunuh dan menangkap seperti yang mereka lakukan sekarang. Faktor-faktor yang mendorong krisis ini bersifat kompleks dan saling terkait, meliputi penggundulan hutan, polusi, perubahan iklim, alih fungsi lahan untuk pertanian dan permukiman, serta eksploitasi sumber daya alam yang tidak berkelanjutan. Selain itu, perdagangan flora dan fauna ilegal dan globalisasi memperburuk keadaan.

 Krisis ini berdampak luas, termasuk terganggunya layanan ekosistem yang sangat penting bagi kehidupan manusia, seperti penyediaan pangan, air bersih, pengaturan iklim, dan pencegahan bencana alam. Penting untuk dipahami bahwa keanekaragaman hayati bukan hanya sumber daya alam yang harus dilestarikan karena nilai moral atau estetikanya, tetapi juga karena perannya yang vital dalam menopang kehidupan. Oleh karena itu, sebagai akibat dari krisis ini, seluruh masyarakat harus memperhatikan dan bertindak segera, termasuk pemerintah, sektor swasta, organisasi masyarakat sipil, dan individu, untuk menghasilkan solusi yang efektif guna menjaga keberlanjutan Bumi.

Contohnya terletak di pedalaman antara Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tenggara, di mana danau-danau kuno Matano, Mahalona, dan Towuti tersembunyi. Tiga danau ini terkenal dengan biota air tawar unik yang tidak ditemukan di tempat lain di dunia, bahkan di sungai dan danau di Pulau Sulawesi. Kesehatan air di tiga danau ini sangat bergantung pada banyaknya hutan yang menyelimuti bukit-bukit di sekitarnya, yang merupakan kawasan konservasi atau hutan lindung.

Sejak awal tahun 2000-an, beberapa petani di desa-desa di sekitar tiga danau itu mulai menanam lada di kebun mereka. Petani setempat lainnya mulai mengikuti usaha ini karena hasilnya. Warga ingin menanam lada karena harga jual yang menguntungkan dan bahkan orang asing ingin berinvestasi dalam rempah-rempah ini untuk menghasilkan uang. Pada akhirnya, lahan pertanian tidak lagi cukup untuk menanam lada, dan perlahan-lahan kebun merangsek hutan. Banyak hutan di sekitar danau, terutama Towuti, telah berubah menjadi kebun lada, yang tidak dapat dilihat dari luar karena dibuka sedikit ke dalam.
Selain di Sulawesi Selatan, serbuan lada mencapai perbatasan dengan Sulawesi Tenggara. Semakin banyak hutan yang berubah menjadi kebun rempah-rempah. Pembalap di sekitar danau memperparah kerusakan hutan.

Contoh-contoh yang diberikan di atas menunjukkan bahwa tindakan manusia yang merusak alam adalah penyebab utama masalah ini. Eksploitasi alam menyebabkan hilangnya habitat alami bagi banyak spesies, seperti penggundulan hutan untuk membuka lahan pertanian, perusakan hutan untuk pertumbuhan perkotaan, dan pembukaan lahan untuk keperluan industri. Lebih jauh lagi, polusi udara, air, dan tanah memperburuk situasi, menghancurkan ekosistem yang telah ada selama jutaan tahun. Perubahan iklim, yang didorong oleh emisi gas rumah kaca, memperburuk masalah dengan mengubah pola cuaca dan merusak habitat alami seperti terumbu karang dan hutan hujan tropis. Perdagangan satwa liar ilegal dan perburuan liar memperburuk masalah, menyebabkan banyak spesies menjadi terancam punah.

Krisis keanekaragaman hayati memiliki konsekuensi yang luas yang memengaruhi kehidupan sehari-hari manusia. Hilangnya spesies berarti hilangnya layanan ekosistem penting seperti penyerbukan tanaman, pengelolaan iklim, pasokan air bersih, dan pencegahan bencana alam seperti banjir dan tanah longsor. Lebih jauh lagi, hilangnya keanekaragaman hayati memiliki dampak ekonomi yang negatif, terutama pada industri pertanian, perikanan, dan pariwisata, yang bergantung pada ekosistem yang sehat agar dapat berfungsi. Kita tidak hanya kehilangan keindahan alam, tetapi juga membahayakan sumber daya yang menopang kehidupan kita.

Penting untuk diingat bahwa pemerintah dan organisasi internasional tidak dapat mengatasi bencana keanekaragaman hayati sendirian. Setiap individu memiliki tanggung jawab untuk mengambil tindakan. Kita dapat membantu menjaga keanekaragaman hayati dengan mengurangi penggunaan barang-barang yang merusak lingkungan, mengadvokasi metode pertanian berkelanjutan, dan terlibat dalam upaya konservasi. Kita juga harus mendukung peraturan yang lebih ketat untuk melindungi wilayah alami dan memperketat kontrol terhadap perdagangan satwa liar ilegal. Akhirnya, dilema ini bukan hanya tentang menyelamatkan spesies atau habitat tertentu; tetapi juga tentang memastikan keberlanjutan kehidupan kita sendiri. Kita hanya punya satu Bumi, jadi kita harus bertindak sekarang, sebelum terlambat.

Dan Adapun Upaya yang perlu dilakukan untuk menjaga bumi dari krisis keanekaragaman hayati, yaitu ada 6 cara:

  • Konservasi 

Konservasi adalah upaya untuk menjaga, melestarikan, dan memulihkan sumber daya alam, baik itu dalam bentuk keanekaragaman hayati (flora dan fauna), ekosistem, dan sumber daya alam lainnya seperti air, tanah, dan udara. Secara umum, tujuan konservasi adalah untuk memastikan bahwa alam dan sumber daya yang ada dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan tanpa merusak keseimbangan ekologis yang ada saat ini.

  • Pelestarian in-situ adalah upaya melindungi dan menjaga keanekaragaman hayati di habitat alami atau ekosistem tempat spesies hidup. Contoh Taman Nasional: Menciptakan dan mempertahankan taman nasional              sebagai tempat perlindungan alam. Salah satu contohnya adalah Taman Nasional Komodo di Indonesia, yang melindungi komodo dan ekosistem di sekitarnya.
  • Pelestarian ex-situ adalah pendekatan perlindungan spesies yang dipindahkan dari habitat alaminya dan ditempatkan di lokasi terkontrol, seperti kebun raya, taman zoologi, atau fasilitas pemeliharaan lainnya. Teknik ini sering digunakan untuk melindungi spesies yang sangat terancam punah yang tidak dapat bertahan hidup di habitat alami yang telah rusak atau rusak. Contoh Kebun Raya: Tempat di mana tanaman langka dan terancam punah dipelihara untuk tujuan penelitian, pendidikan, dan pemulihan. Kebun Raya Bogor di Indonesia, misalnya, mengumpulkan berbagai spesies tanaman langka.

Melestarikan Hutan adalah salah satu Upaya Dimana kita harus menjaga hutan serta merawat hutan agar tetap Lestari, Contoh Menggunakan sistem tebang pilih agar menjaga kelestarian pohon-pohon.

  • Membangun Program Berkelanjutan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun