Dalam keheningan malam, kuterpuruk pada tetesan air yang mengalir penuh arti dalam sebuah hati yang kian separuh, tertatih akan malam yang semakin larut, bintang yang berbinar-binar menghiasi akan cantiknya pekatnya malam, sang rembulan nan elok memancarkan aura keindahan, kehangatan, keharmonisan. Dengan terangnya ia melempar keindahan nan jernih pada diri nan kotor. Terdiam termenung dengan ditemani secangkir minuman yang hangat, kumenunggu akan berputarnya malam menjelma fajar yang tepat akan esok hari tanggal 6 April 2013, hari dimana bertemunya dua insan yang saling menjalin kasih tuk memenuhi atas hasrat kaum Adam pada Hawa.
Cinta memang tak bisa lepas dari air mata, ia merelakan air mata itu mengalir demi cinta. Manusia yang sehat dan berakal sajalah yang dapat merasakan apa itu cinta, karena cinta tak akan menghampiri kegilaan (dalam arti sebenarnya) baik gila akan harta, tahta, maupun nafsu. Cinta tak akan pernah memihak atas semua itu, cinta ada pada manusia yang bukan juga pada binatang. Cintapun bukan hawa nafsu dengan bahasa lain seks, tapi hanya manusia yang mengibaratkan dirinya sebagai binatanglah yang menganggap cinta itu sebagai berintim maupun seks. Mencintai cinta sama akan mencintai diri yang ternanti tuk menjalin masa depan.
Jeritan malam yang terdengar hati kian menjadi, ruang hampa dengan atap langit mejadikan penghubung dalam sanubari yang tak sampai olehnya. Tuhan Sang Penguasa hati, hanya satu pintaku tuk dirinya yang tengah terdampar atas masa depannya. Tolong sampaikan rindu nan pilu ini padanya tuk ingin bertemu dalam keluh kesah yang menerpa diri ini. Ku ingin menyandarkan kerinduan ini pada dirinya bak menyandarkan kepala di pundak kiri. Sungguh kerinduan yang tak terbendung atas semua yang menghampiri hati ini tuk bertemu walau sekejap.
Sebuah keindahan bagi diri ini tatkala melihat sebuah gambar mati yang menyimbolkan atas anniversary yang teralami selama dua tahun ini. Sungguh hati tak bisa membohongi atas ingatan tatkala itu, hanya rasa harulah yang menamuiku dengan harapan yang begitu tinggi. Yang berharap tak hanya sekedar harapan yang keluar dari mulut, akan tetapi yang kuingin dari harapan hati yang kan terus mengalir sampai Tuhan mengambil milik-Nya yang ada pada diri ini.
Wahai angin malam yang mengalirkan udara sampai penjuru, sampaikanlah kerinduan pada hati ini untuknya. Ku merindukan atas canda riang yang mampu menghiasi makna kehidupan, senyum terindah yang terlukis di benak yang mampu mengembalikan semangat, menghidupkan atas segala yang belum kumiliki.
I’m missing you, my dear. I’m nothing without you.
Yogyakarta, Jum’at 05 April 2013; 23.59
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H