Menghabiskan akhir pekan tidak perlu jauh-jauh ke luar kota. Bagi kamu yang berada di Tangerang dan sekitarnya, kamu bisa eksplor titik wisata di Kota Tangerang, seperti Masjid Al A'zhom, Taman Elektrik,Taman Laksa, Jembatan Kaca, dan Kampung Bekelir naik Bus Jawara.
Apa Itu Bus Jawara?
Nama “Jawara” yang disematkan pada bus ini merupakan singkatan dari “Jalan-jalan Wisata Rakyat”. Bus ini merupakan bus pariwisata yang telah dimodifikasi menjadi bus wisata dengan tampilan retro yang unik. Pada setengah bagian depan adalah bagian tertutup yang ber AC, sementara setengah bagian belakang adalah bagian yang terbuka yang bagian sisi-sisi bus dipasang teralis, pada bagian ini penumpang bisa menikmati udara dan hembusan angin Kota Tangerang.
Bus Jawara merupakan alternatif transportasi gratis untuk para wisatawan berkeliling kota. Jika kamu ingin berwisata dengan bus ini, kamu bisa naik dan turun pada titik-titik yang ditentukan, atau jika kamu berangkat rombongan, kamu bisa mengajukan permohonan ke Kantor Dishub Kota Tangerang atau booking online melalui aplikasi Abang Jawara. Lagi-lagi, gratis!
Jalur yang dilewati Bus Jawara:
Bus Jawara memiliki rute yang cukup panjang, yaitu sekitar 13,4 kilometer. Adapun rute perjalanannya dimulai dari Taman Elektrik – Jalan Veteran – Taman Burung – Kawasan Kuliner Taman Laksa Tangerang – Taman Potret – Taman Gajah tunggal – Kampung Bekelir – Jalan Otista – KS Tubun – Jembatan Berendeng – Taman Pramuka dan Kembali ke Taman Elektrik.
Taman Elektrik
Sepintas, jika siang hari, tak tampak ada sesuatu yang mengindikasikan kata ‘elektrik’. Jika kamu berniat menikmati keindahan taman elektrik memang sebaiknya malam hari, saat dimana semua lampu dinyalakan. Lampu warna-warni hingga lampu Asmaul Husna ada di sini. Taman Elektrik ini dibuat sebagai public space yang nyaman juga gratis bagi semua yang berkunjung. Kecuali kalau kamu mau jajan dan naik delman ya...
Namun bukan berarti Taman Elektrik akan sepi jika bukan malam hari. Taman seluas 3.000 meter persegi ini menjadi tempat bermain keluarga serta berolahraga saat pagi hari. Termasuk menjadi titik kumpul para goweser serta menjadi tempat kumpul orang-orang yang hendak jalan-jalan naik Bus Jawara seperti saya dan Komunitas Traveler Kompasiana.
Masjid Raya Al A’zhom
Terletak di samping Taman Elektrik, Masjid Raya Al A’zhom adalah destinasi yang tak pernah sepi, selain karena sering ada kegiatan keagamaan, masjid ini memiliki keunikan yang tidak ada di masjid lainnya.
Dibangun diatas tanah wakaf seluas 2,25 hektare, sang arsitek yang merupakan guru besar arsitektur di ITB, Bapak Ir. H. Slamet Wirasonjaya mendesain Masjid Raya Al A’zhom dengan mengambil inspirasi dari bangunan bersejarah di Turki, Hagia Sophia.
Kubah Masjid Raya Al A’zhom dibangun berbeda dengan masjid pada umumnya. Jika biasanya masjid hanya memiliki satu kubah, Masjid Raya Al A’zhom dibangun dengan lima kubah besar yang saling menempel. Lima kubah ini merepresentasikan lima rukun Islam dan shalat wajib lima waktu.
Tak hanya itu, kubah utama Masjid Raya Al A’zhom diklaim menjadi salah satu kubah masjid terbesar di dunia, dengan diameter 63 meter. Tempatnya yang luas, nyaman dan dilengkapi dengan perpustakaan tentunya Masjid Raya Al A’zhom bisa masuk ceklis wisata religi yang dapat dikunjungi secara gratis.
Selain kubahnya yang fenomenal, sejak bulan September 2023 lalu, di bagian depan Masjid Raya Al A’zhom dibangun payung taman yang menyerupai payung di halaman Masjid Nabawi, Arab Saudi.
Jembatan Kaca Berendeng
Jembatan Berendeng atau Jembatan Kaca yang diresmikan tahun 2018 ini tidak seluruhnya terbuat dari kaca, melainkan ada bagian di sisi kanan dan kiri jembatan yang bagian lantai serta bagian pagarnya terbuat dari kaca. Bagian ini menjorok ke Sungai Cisadane, sehingga jika kamu berdiri diatasnya, kamu seakan-akan melayang di atas Sungai.
Jembatan kaca ini tingginya 5 meter dari permukaan Sungai Cisadane, Sementara bagian yang terbuat kaca masing-masing memiliki luas 7x2,5 meter dengan muatan paling banyak 60 orang jika rata-rata berat badannya adalah 80 kilogram/ orang. Satu hal yang harus ditaati selain menjaga kebersihan lokasi adalah wajib melepas alas kaki saat menaiki bagian kaca jembatan ini.
Jembatan ini menjadi daya tarik terutama bagi pengunjung yang ingin menikmati bentang alam dan aliran Sungai Cisadane serta bagi yang ingin selfie. Kalau kamu sedang beruntung, kamu bisa sekalian melihat para atlet perahu Naga berlatih.
Waktu paling pas untuk ke sini adalah pagi hari hingga pukul 09.00 WIB saat matahari belum terlalu panas, atau sore hari ketika langit berwarna jingga.
Jembatan yang menghubungkan dua wilayah yaitu, wilayah Kelurahan Gerendeng Kecamatan Karawaci dengan wilayah Benteng Makasar Kecamatan Tangerang ini merupakan salah satu destinasi gratis yang bisa kamu kunjungi, asyik kan!
Kawasan Kuliner Taman Laksa Tangerang
Sekitar tahun 1970-an penjual laksa di Tangerang menjajakannya dengan cara berkeliling, namun sejak tahun 2000-an, penjual laksa berkumpul dan berjualan di satu wilayah di Jl. Muhammad Yamin, Kota Tangerang.
Meskipun umumnya makanan di Tangerang merupakan paduan antara kuliner Melayu dengan kuliner Tionghoa, nyatanya nama Laksa berasal dari bahasa Sansekerta yang berarti “Banyak”. Ragam laksa memang banyak, Laksa tak hanya ada di Indonesia melainkan tersebar sampai negara Asia Tenggara lainnya.
Sebut saja Laksa Singapura yang sangat terasa bumbu karinya, Laksa Asam Penang yang memasukkan asam jawa ke dalam kuahnya, Laksa Bogor yang memiliki kuah kental karena ada potongan oncom, Laksa Betawi yang khas dengan rasa ebinya juga Laksa Tangerang yang memiliki kekhasan yang berbeda dari laksa-laksa yang sudah disebut sebelumnya.
Laksa Tangerang yang dijual di Kawasan Kuliner Taman Laksa Tangerang menggunakan susu, dan santan. Selain itu, pada Laksa Tangerang juga terdapat kacang hijau dalam hidangannya. Cukup mengejutkan, karena ternyata kacang hijau cocok dimasukkan dalam hidangan laksa.
Mie yang digunakan pada Laksa Tangerang adalah mie buatan sendiri yang terbuat dari tepung beras dengan ukuran yang berbeda dari bihun. Mie pada Laksa Tangerang ukurannya ditengah-tengah antara ukuran bihun dengan mie udon.
Biasanya Laksa Tangerang disajikan dengan ayam bakar dan telur. Kamu bisa memilih keduanya atau salah satu saja. Ayam pada Laksa Tangerang menggunakan ayam kampung, setelah melalui proses pembakaran dengan arang dimasukkan ke bumbu laksa, sehingga tak heran jika rasa bumbunya meresap namun masih ada sedikit aroma asapnya.
Topping yang diberikan pada akhir penyajian adalah potongan kucai dan serundeng alias parutan kelapa yang disangrai. Harga satu porsi Laksa Tangerang dengan ayam bakar (tanpa telur) adalah Rp. 25.000, porsi yang mengenyangkan dan enak!
Jika kamu ke Tangerang, lokasi Kawasan Kuliner Taman Laksa Tangerang sangat sayang kalau dilewatkan.
Kampung Bekelir
Nama asli kampung ini adalah Kampung Babakan Kulon, dahulu kampung ini terkenal kumuh dengan jejeran rumah yang padat, namun tahun 2017, pemerintah Kota Tangerang menjadikan kampung ini menjadi kampung yang eye catching dengan kelir warna-warninya, hingga kemudian disebut Kampung Bekelir.
Di kampung ini, pengunjung tak hanya disuguhkan dengan mural warna-warni pada tembok-tembok penduduk, namun juga akan disambut ramah oleh para penduduk di sana serta bisa melihat tanaman-tanaman hidroponik yang ditanam di jalan utama kampung ini. Untuk semua keseruan di Kampung Bekelir, dibanderol Rp.0, alias gratis (kecuali kalau kamu mau jajan).
Oh ya, Jalan-jalan Komunitas Traveler Kompasiana ini dipandu oleh kru Bus Jawara yang mumpuni lho, sepanjang jalan kami mendapatkan penjelasan mengenai lokasi-lokasi wisata yang kami datangi. Sehingga jalan-jalan ke Kota Tangerang tidak hanya asyik tetapi juga sarat dengan informasi lokasi wisata beserta sejarahnya. Yuk jalan-jalan ke Kota Tangerang dengan Bus Jawara!
Reels Trip ke Kota Tangerang
***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H