Mohon tunggu...
Utami Isharyani Putri
Utami Isharyani Putri Mohon Tunggu... Seniman - Freelancer

Ambivert. Dulu pekerja kantoran, tapi setelah mengulik diri sendiri nampaknya lebih suka menjadi freelancer. Sebuah pekerjaan yang katanya bebas tapi ternyata ngga bebas-bebas amat, bahkan cenderung disangka pengangguran. Jenis pekerjaan freelancer memang harus dinaikkan marwahnya... Tapi karena saya kebisaan saya cukup beragam, saya lebih suka dibilang seniman. Selain nulis juga bisa edit video, voice actor juga (dubbing, story telling, VO ads, VO compro). Instagrammer yang sesekali nerima endorse-an (kalo produknya cocok sama hati). Hal terbaru dari saya, saya juga (ternyata) bisa menulis lirik lagu (silakan dengarkan di platform musik digital kamu yah, judulnya apa? Japrii).

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Stop Berharap Ini dari Orang Lain, Kalau Kamu Tidak Ingin Kecewa

8 November 2022   13:17 Diperbarui: 8 September 2023   18:31 448
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebagian besar dari kita kecewa ketika harapan kita tidak terpenuhi. Kita mengira seseorang akan berubah menjadi seperti yang kita mau, berharap mereka melakukan sesuatu (tapi ternyata tidak terjadi), akhirnya kita menjadi kecewa.

Padahal sebetulnya jika kamu ingin merasakan damai di hati kamu, hal yang penting adalah tidak mengharapkan apapun dari siapapun sebelum kamu melakukannya untuk diri sendiri.

Apa sih itu?

Pertama, jangan berharap orang lain setuju pada setiap sudut pandang kamu. 

Jika kamu adalah tipe orang yang ingin orang lain setuju dengan semua yang kamu katakan...bersiaplah untuk mengalami kekecewaan berulang kali. Setiap orang memiliki pemikiran dan pendapat mereka sendiri, dan mengharapkan mereka untuk secara konsisten setuju dengan pendapat kamu adalah hal yang tidak realistis. 

Kamu bisa saja berusaha membujuk mereka dengan data, penelitian, dan fakta, tetapi jangan berasumsi bahwa mereka akan, atau harus selalu setuju dengan kamu.

Kedua, jangan berharap orang lain selalu tahu apa yang kamu pikirkan

Kamu tidak bisa mengharapkan orang lain untuk memahami apa yang kamu pikirkan jika kamu tidak dapat mengartikulasikan pikiran kamu, lebih baik hal itu berhenti dipikiran kamu dulu saja sampai kamu bisa dengan jujur pada diri sendiri - tentang apa yang kamu pikirkan, apa yang kamu rasakan, dan apa yang kamu inginkan. Kemudian barulah kamu dapat mulai mengkomunikasikannya kepada orang lain.


Ketiga, jangan mengharapkan orang lain untuk memperbaiki situasi ketika kamu tidak mampu menemukan solusi untuk diri dirimu sendiri. 

Tidak dosa kok kalau  jika tidak tahu cara memperbaiki situasi. Yang tidak OK adalah menyalahkan orang lain, misalnya mengatakan "Semua ini gara-gara si fulan, biar saja dia yang beresin". Kenyataannya ketika kamu mulai menunjuk orang lain, kamu tidak memberikan ruang kepada dirimu untuk membangun kemampuan diri. Ketika kamu mengharapkan mereka untuk memperbaiki situasi yang (menurut kamu) runyam berarti kamu menyerahkan kekuasaan pada dia. Padahal belum tentu orang yang kamu maksud itu memandang situasi itu runyam. Bisa saja menurut dia itu hal yang biasa, kamu saja yang lebay. Karena dia merasa kamu yang lebay, maka dia tidak melakukan apa-apa. 

Yang dapat kamu kendalikan adalah reaksi kamu terhadap sesuatu, jadi fokuslah di sana dan cari solusinya untuk dirimu sendiri. (*)

===

SelfReminder

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun