Penulis : Leonardo Soares Exposto
Perkembangan moral adalah proses panjang dan kompleks di mana individu mengembangkan pemahaman mereka tentang nilai-nilai moral, norma-norma, dan prinsip-prinsip etika yang membimbing perilaku mereka dalam kehidupan sehari-hari. Ini melibatkan evolusi pemikiran dari kesadaran moral yang lebih sederhana pada masa kanak-kanak hingga pemahaman yang lebih kompleks dan terinternalisasi di masa dewasa.
Perkembangan moral dipelajari secara mendalam oleh psikolog dan ahli moral, seperti Lawrence Kohlberg dan Carol Gilligan, yang menyumbangkan teori-teori penting untuk memahami bagaimana moralitas berkembang sepanjang kehidupan seseorang. Kohlberg, misalnya, mengembangkan teori perkembangan moral yang terkenal dengan tahapan-tahapan moral, dimulai dari moralitas prekonvensional (berpusat pada hukum dan kewajiban), moralitas konvensional (berpusat pada norma sosial dan ekspektasi masyarakat), hingga moralitas postkonvensional (berpusat pada prinsip-prinsip moral yang universal).
Proses perkembangan moral dimulai sejak masa kanak-kanak, di mana anak-anak belajar melalui pengalaman, pengajaran orang tua, interaksi dengan teman sebaya, dan pengaruh lingkungan sosial mereka. Pada tahap awal, mereka memahami moralitas secara konkret, berdasarkan aturan-aturan yang diberlakukan oleh orang dewasa dan sistem otoritas di sekitar mereka. Seiring bertambahnya usia dan pengalaman hidup, pemahaman mereka tentang moralitas menjadi lebih abstrak dan kompleks, mempertimbangkan konteks sosial, nilai-nilai individu, dan konsekuensi dari tindakan mereka.
Selama masa remaja, individu sering mengalami pertentangan antara norma-norma sosial yang ada dan nilai-nilai pribadi mereka sendiri. Proses ini penting dalam membentuk identitas moral mereka dan menentukan bagaimana mereka akan berinteraksi dengan dunia di sekitar mereka di masa depan. Dalam banyak kasus, konflik moral yang dihadapi individu dapat memperkuat pemahaman mereka tentang integritas pribadi dan tanggung jawab sosial.
Dalam konteks pendidikan, perkembangan moral menjadi fokus penting dalam mempersiapkan individu untuk berperan sebagai warga yang bertanggung jawab dalam masyarakat. Pendidikan moral tidak hanya mengajarkan nilai-nilai yang baik dan buruk, tetapi juga membantu dalam pengembangan keterampilan seperti empati, resolusi konflik, dan pengambilan keputusan yang bermoral.
Perkembangan moral adalah proses yang tidak hanya berlangsung sepanjang kehidupan individu tetapi juga berdampak pada cara mereka memahami diri mereka sendiri, hubungan dengan orang lain, dan kontribusi mereka terhadap masyarakat. Ini adalah aspek penting dalam membentuk karakter dan kepribadian seseorang serta mendorong mereka untuk hidup dalam kesadaran moral yang lebih tinggi.
Dalam klasifikasi perkembangan moral, Kohlberg memaparkan tiga tingkat dengan enam tahapan perkembangan moral:
1.Tingkat 1: Prekonvensional
Pada tingkat ini, peraturan moral diikuti karena berdasar pada otoritas. Anak patuh pada aturan moral karena takut akan hukuman dari otoritas. Tingkat ini terdiri dari dua tahap: (1) tahap orientasi terhadap kepatuhan dan hukuman; di sini anak hanya patuh karena aturan-aturan ini ditetapkan oleh kekuasaan yang tidak bisa diganggu. Anak harus patuh atau akan dihukum. (2) tahap relativistik hedonistik; di tahap ini anak tidak lagi bergantung secara mutlak pada aturan yang ditetapkan oleh orang lain yang memiliki otoritas. Anak mulai menyadari bahwa setiap situasi memiliki beberapa sisi yang bergantung pada kebutuhan (relativisme) dan kesenangan individu (hedonisme).
2.Tingkat 2: Konvensional
Pada tingkat ini, anak mematuhi aturan yang diterapkan bersama untuk diterima dalam kelompoknya. Tingkat ini juga terdiri dari dua tahap: (1) tahap orientasi terhadap ekspektasi orang lain; di sini anak mulai mempertimbangkan apakah tindakannya dianggap baik atau buruk oleh orang lain atau masyarakat. Sesuatu dianggap baik atau benar jika dapat diterima oleh orang lain atau masyarakat. (2) tahap mempertahankan norma sosial dan otoritas; di tahap ini, anak berusaha melakukan yang baik dan benar tidak hanya untuk diterima dalam lingkungan sosialnya tetapi juga untuk mempertahankan aturan dan norma sosial sebagai kewajiban moralnya untuk mematuhi aturan yang ada.
3.Tingkat 3: Postkonvensional
Pada tingkat ini, anak mematuhi aturan moral karena keyakinan internalnya. Tingkat ini juga terdiri dari dua tahap: (1) tahap orientasi terhadap kontrak sosial; di sini terdapat hubungan timbal balik antara individu dan masyarakat. Seseorang mematuhi aturan karena tanggung jawab moralnya terhadap harmoni masyarakat. (2) tahap universal; di tahap ini, selain norma pribadi yang bersifat subjektif, ada juga norma etis (baik/buruk, benar/salah) yang dianggap universal sebagai landasan dalam menilai moralitas suatu tindakan.
Teori perkembangan moral oleh Kohlberg, seperti halnya Piaget, menunjukkan bahwa sikap dan perilaku moral bukan hanya hasil dari sosialisasi atau pembelajaran nilai budaya semata. Namun, ini juga berkembang sebagai hasil dari interaksi sosial anak dengan lingkungan mereka, yang melibatkan aktivitas spontan yang dipelajari.