Kekerasan Menurut Gereja
Artikel 477 dalam Kompendium Katekismus Gereja Katolik menegaskan bahwa kekerasan adalah salah satu bentuk kejahatan moral. Hal ini bertentangan dengan penghormatan pada keutuhan tubuh pribadi manusia.
Katekismus Gereja katolik artikel 1931 memberi penegasan akan keluhuran manusia sebagai ciptaan Allah dan melihat sesama sebagaimana ia melihat dirinya sendiri. karena itu segala bentuk kekerasan baik fisik maupun psikis adalah melecehkan martabat manusia (KGK 2297). dengan begitu KDRT tidak dapat dibenarkan.
Memebangun Kembali Bahtera Rumah Tangga yang Retak: Inspirasi Dokumen Amoris Laetitia
Baba empat dalam Amoris Laetitia membahas khusus mengenai Cinta Kasih Dalam Perkawinan. Di sini saya hanya mengais beberapa hal penting yang telah diuraikan Paus Fransiskus dari bab ini untuk membagun keluarga Kristiani yang baik.
Paus menimbah inspirasi dari 1Kor 13;4-7. Karena Paus menyadari bahwa kehidupan keluarga yang sejati adalah diwarnai dengan kasih. Kasih menjadi fondasi yang kuat bagi tegaknya kehidupan keluarga kristiani. Sakramen perkawinan ditujukan untuk kesempurnaan kasih suami-istri (89).
Dalam perikop itu St. Paulus mengungkapkan keunggulan kasih. Kemudian Paus Fransiskus mengangkat itu menjadi inspirasi untuk menasehati keluarga-keluarga kristiani untuk membangun rumah tangga di atas kasih. Kasih itu diterapkan dan dibina dalam kehidupan sehari-hari.
Karena perlu merenungkan lebih jauh bagaimana kasih itu membuat hidup keluarga menjadi lebih baik. Pada dasarnya kasih itu menunjukkan sikap kesabaran. Kesabaran ini bagian dari sifat Allah yang memperlihatkan belas kasihan terhadap manusia. Artinya Dia memberikan ruang pertobatan bagi kita (91).
Selain kesabaran kasih itu juga terdapat dalam sikap baik hati. Karena kasih bukan sekedar perasaan belaka, tetapi merupakan kata kerja, yaitu "mengasihi". Konsekuensinya kasih itu bermuara pada perbuatan baik (94).
Dan yang paling penting juga adalah kasih itu mengarah pada pengampunan. "Jika kita membiarkan perasaan buruk memasuki hati kita, kita memberi ruang pada rasa benci yang bersarang di dalamnya," (105).
Di sini pengampunan memainkan peranan penting. Kehidupan keluarga tanpa pengampunan hanya membuat masalah semakin besar dan relasi antara anggota keluarga semakin lebar. Tetapi dengan menghidupi semangat mengampuni ada sikap saling menerima satu sama lain. dengan demikian kehidupan keluarga semakin menampakkan kasih Kristiani yang sejati.