"Apakah kalian tidak asing mendengar kata Saffron ? Bumbu dapur biasanya hanya berperan sebagai penyedap rasa dalam sajian masakan utama yang bisa diperoleh dengan harga murah. Tapi ada satu jenis bumbu dapur yang membuat ibu rumah tangga dan koki tidak berani membuangnya sia-sia walau hanya sedikit. Adalah Saffron, rempah-rempah termahal di dunia yang pertama kali ditemukan ribuan tahun lalu. Sejak saat itu, Saffron digunakan sebagai bumbu dapur untuk masakan utama di berbagai negara. Harga per kilogramnya saja bahkan mencapai belasan hingga puluhan juta rupiah."
Kuma-kuma atau safron (saffron) adalah nama untuk rempah-rempah dari bunga Crocus sativus. Bunga kuma-kuma memiliki tiga kepala putik (stigma) yang terletak distal terhadap daun buah. Bagian tangkai putik, yang menghubungkan stigma dengan bagian bunga paling dalam, sering dikeringkan dan disebut safron yang dipakai sebagai bumbu masakan dan bahan pewarna.
Tanaman kuma-kuma berasal dari Asia Barat Daya dan safron bertahan sebagai komoditas rempah menurut timbangan berat yang termahal di dunia selama beberapa dekade. Tanaman ini pertama kali dibudidayakan di sekitar Yunani. Safron memiliki rasa khas sedikit pahit dan berbau harum seperti rumput kering. Safron mengandung crocin, salah satu bahan pewarna karotenoid yang membuat makanan menjadi kuning keemasan bumbu membuat nasi briyani . Warna kuning terang safron menjadikannya sebagai rempah-rempah yang paling banyak dicari orang di dunia. Dalam pengobatan tradisional, safron digunakan sebagai obat berbagai macam penyakit. Kuma-kuma tumbuh subur di iklim yang mirip dengan Maquis shrubland di Mediterania atau kaparal di Amerika Utara, dengan angin musim panas yang kering berhembus melewati tanah kering atau semi kering. Walaupun demikian, tanaman bisa bertahan dalam musim dingin yang membeku, tahan terhadap embun beku sampai kira-kira 10 C atau tertutup salju untuk sementara waktu.Â
Bila tidak ditanam di wilayah beriklim basah seperti di Kashmir (tempat dengan rata-rata curah hujan per tahun 1.000-1.500 mm), kuma-kuma perlu dibuatkan irigasi. Penanaman kuma-kuma di wilayah yang kurang curah hujan seperti di Yunani (curah hujan per tahun 500 mm) dan Spanyol (400 mm) menggunakan sistem irigasi. Kuma-kuma paling sesuai ditanam di daerah yang memiliki banyak hujan di musim semi namun relatif kering di musim panas. Selain itu, hujan yang turun sebelum musim berbunga bisa menambah panen kuma-kuma.
Sebaliknya, hujan atau cuaca dingin selama masa berbunga meningkatkan kemungkinan tanaman terserang penyakit dan mengurangi hasil panen. Cuaca yang terus-menerus panas atau lembap juga mengurangi hasil panen. Tanaman tumbuh subur di tempat yang banyak terkena sinar matahari, dan tidak tumbuh dengan baik di tempat yang teduh. Kuma-kuma sebaiknya ditanam di tanah yang memiliki kemiringan sehingga bisa banyak mendapat sinar matahari.
Di belahan bumi utara, waktu penanaman yang terbaik di bulan Juni. Subang ditanam di dalam tanah sekitar 7-15 cm. Selain iklim, kedalaman dan jarak sewaktu menanam subang sangat berpengaruh pada hasil panen. Subang yang ditanam lebih dalam menghasilkan safron kualitas tinggi, tetapi bunga dan anak subang yang dihasilkan lebih sedikit. Petani Italia meningkatkan produksi tangkai putik dengan menanam subang sedalam 15 cm dalam deretan yang terpisah 2-3 cm. Bila ingin meningkatkan subang dan produksi bunga, subang ditanam dengan kedalaman 8-10 cm. Petani Yunani, Moroko, dan Spanyol juga masing-masing memiliki teori sendiri tentang kedalaman subang sewaktu ditanam yang disesuaikan dengan iklim setempat.Â
Kuma-kuma tumbuh subur di tanah yang gembur, cukup mendapat air, dan tanah berkapur dengan kandungan bahan organik tinggi. Tanaman biasanya ditanam di atas bedengan dengan selokan kecil di sekelilingnya untuk saluran drainase. Kandungan organik tanah biasanya bisa ditingkatkan dengan penambahan sekitar 20-30 ton pupuk kandang per hektare. Setelah itu, subang bisa langsung ditanam tanpa pemupukan lebih lanjut. Setelah masa dorman sepanjang musim panas, helai daun yang ramping keluar dari subang dan kuncup bunga mulai tampak di awal musim gugur.
Bunga mulai mekar sekitar pertengahan musim gugur. Pemetikan bunga harus dilakukan segera setelah bunga mekar di waktu fajar menyingsing, karena bunga cepat menjadi layu. Selanjutnya, kuma-kuma terus berbunga selama 1-2 minggu. Sekitar 150 kuntum bunga bisa menghasilkan 1 gram safron kering. Berdasarkan perhitungan ini, 1 kilogram bunga diperlukan untuk menghasilkan 12 gram safron kering (72 gram sewaktu baru dipanen). Sekuntum bunga yang baru dipetik rata-rata menghasilkan 0,03 gram safron segar, atau 0,007 gram safron kering.
Safron sudah dibudidayakan lebih dari 3.000 tahun yang lalu. Tanaman safron yang dibudidayakan orang sekarang ini berasal dari spesies Crocus cartwrightianus yang berasal dari alam bebas. Spesies C. sativus yang muncul di akhir zaman perunggu di pulau Kreta adalah mutan steril dari C. cartwrightianus, akibat seleksi yang dilakukan petani dengan hanya menanam tanaman safron yang memiliki tangkai putik yang panjang. Safron pertama kali dicatat dalam naskah botani asal abad ke-7 SM yang dikumpulkan atas perintah Ashurbanipal. Sejak itu selama 4.000, safron terus disebut-sebut orang sebagai obat yang bisa mengobati lebih dari 90 jenis penyakit.
Penggunaan safron dalam ilmu pengobatan sudah digambarkan pada fresko di istana orang Minoa asal tahun 1500-1600 SM.