Mohon tunggu...
Davi Pasha
Davi Pasha Mohon Tunggu... Guru -

Aku adalah aku. Siapapun yang mengetahui diriku. Seperti itulah aku yang engkau kenal.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

DEBAT AWAL LEBARAN (1 SYAWAL)

17 Agustus 2012   06:03 Diperbarui: 25 Juni 2015   01:38 358
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

DEBAT AWAL LEBARAN (IDUL FITRI) SETIAP TAHUNNYA

Tidak dapat dipungkiri bahwa awal lebaran merupakan hari yang sakral bagi semua umat yang beragama islam, semua umat islam berbahagia dan bersuka cita atas datangnya hari tersebut. Namun ketika kita sudah mendekati hari-hari lebaran banyak kaum yang bingung bahkan tidak tahu kapan awal pelaksanaan lebaran itu ditentukan. Banyak para ulama’ yang berpendapat tentang penentuan awal lebaran, karena sebagian para ulama’ mempunyai dasar masing-masing untuk menentukannya. Namun disini saya akan sedikit memaparkan bagaimana cara penentuan awal lebaran agar sedikit terbuka untuk sebagai pedoman di kemudian hari.

Penentuan awal lebaran ditentukan dengan adanya kemunculan bulan baru yang mana munculnya bulan ini disertai hampir bersamaan dengan terbenamnya matahari, dan juga tidak adanya ketentuan bahwa satu Bulan Hijriah itu 30 hari ataupun 29 hari. Nah, dari sini awal mula perbedaan penentuan awal lebaran. Penentuan awal lebaran dapat ditentukan dengan berbagai cara yakni dengan Ilmu Hisab maupun Ilmu Ruqyah. Ilmu Hisab ditentukan dengan cara menghitung perputaran Bumi, Bulan, dan Matahari menggunakan metode rumus tertentu. Namun lain dengan cara yang digunakan oleh Ilmu Ruqyah yakni dengan cara melihat langsung posisi Bulan dan Matahari melalui teropong pada saat matahari berada di garis cakrawala (Azimuth).

Penentuan awal bulan menurut Tahun Hijriah dengan menggunakan satelit alam Bumi yakni Bulan. Bulan sebagai penentu awal bulan sering membuat masyarakat bingung, dikarenakan posisi bulan sabit yang sulit dilihat oleh mata seseorang karena ukuran bulan sabit yang hanya beberapa milimeter dan sering tertutupi oleh awan maupun pantulan sinar matahari. Yang dikatakan dengan adanya bulan baru yakni ketika bulan sabit belum tenggelam, sedangkan matahari sudah tenggelam digaris azimuth 0 derajat. Dari sini dapat ditentukan berapa derajatkah bulan masih berada diatas garis azimuth. Apabila bulan sabit berada diatas garis azimuth lebih dari 0 derajat, sudah bisa dipastikan bahwa bulan tersebut adalah bulan baru. Namun ada sebagian pendapat yang menyatakan bahwa untuk bisa dikatakan bulan baru, bulan tersebut harus berada diatas garis azimuth lebih dari 3 derajat. Dan ada juga pendapat yang menyatakan bahwa apabila bulan sudah diatas garis azimuth dan matahari sudah terbenam itu sudah masuk bulan baru.

Berikut adalah prediksi penentuan Awal Lebaran menggunakan Software Stellarium yang mungkin bisa dibuat sebagai pertimbangan.

Gambar. 1

134523017012150236
134523017012150236

Gambar. 2

Dapat dilihat dari gambar. 1 ketika posisi matahari berada tepat digaris azimuth 0 derajat, bulan belum terbenam dan masih berada di posisi 6 hingga 7 derajat dari garis azimuth. Dan apabila dilakukan penglihatan secara langsung menggunakan teropong, akan terlihat cahaya bulan sabit sebesar beberapa milimeter. Dapat dikatakan bahwa bulan tersebut sudah masuk bulan baru dan dapat dipastikan juga malam tersebut sudah memasuki malam takbir.

Untuk gambar. 2 ketika posisi matahari berada tepat digaris azimuth 0 derajat, bulan sudah terbenam mendahului matahari sekitar -6 derajat dan jikalau dilakukan penglihatan secara langsung menggunakan teropong, kecil kemungkinan bulan akan terlihat. Dan bulan tersebut belum dapat dikatakan sebagai bulan baru atau bulan sabit.

Adanya berbagai perbedaan penentuan awal lebaran dikarenakan posisi bumi yang tidak tegak lurus namun agak miring sebesar 23,5 derajat dan karena pula bumi tidak dalam bentuk bulat sempurna, namun berbentuk ellips. Dari itulah adanya perbedaan yang timbul dari masing-masing tempat ataupun dari masing-masing negara yang awal lebaran tidak serentak disemua tempat maupun negara.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun