Semenjak terjadinya teror penembakan dan bom di Paris, beberpa hari yang lalu, Paris langsung membalas dengan membombardir basis ISIS yang berada di kota Raqqa Suriah, begitu juga dengan Rusia, Militer Rusia juga ikut dalam misi melawan teroris ISIS dengan menerbangkan pesawat tempurnya. Jet-jet tempur Rusia pun diterbangkan menuju daerah Suriah guna menggempur ISIS. Namun Nasib Nahas justru menimpa pesawat Sukhoi SU-24 milik Rusia yang di tembak oleh pesawat jet F-16 milik Turki. Pada pagi hari Selasa, 24 November 2015.
Militer Turki dengan sengaja menembak pesawat SU-24 milik Rusia karena dianggap melanggar perbatasan. Turki mengatakan, “Pesawat SU-24 milik Rusia telah memasuki wilayah Turki selama 17 detik. Sebelum ditembak, otoritas Turki sudah memberikan peringatan sebanyak 10 kali dalam waktu 5 menit, namun pesawat tempur Rusia tersebut mengabaikan peringatan dari militer Turki, hingga akhirnya Turki menembak jatuh dengan menggunakan pesawat F-16 miliknya. Sementara itu Vladimir Putin mengatakan, “Pesawatnya kala itu masih berada di atas wilayah Suriah.
Dmitry Peskov juru bicara kepresidenan Rusia mengatakan, dalam menjalankan operasi militernya, Rusia selalu mematuhi aturan Internasional terkait perang”. Dengan keadaan seperti ini Rusia tetap tenang dan Presiden Rusia berkata, “Kami akan terus mengingat apa yang dilakukan Turki kepada kami. Mereka akan terus merasa menyesal".
Turki adalah anggota Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO). Setelah insiden tersebut seluruh anggota NATO mengadakan rapat darurat di Kota Brussels, Belgia. Ternyata Sebelum Turki menembak jatuh Sukhoi itu, Rusia sepanjang tahun ini 50 kali disebut melakukan pelanggaran udara di wilayah negara anggota NATO, khususnya dekat Ukraina. Armada NATO terlibat kontak senjata langsung dengan kekuatan tempur Rusia pada 1952, ketika jet AS menjatuhkan empat Migs-15 di sela-sela Perang Korea, tepatnya pada operasi penyerbuan Hoeryong.
Setelah insiden Turki menjatuhkan pesawat Rusia terjadi perselisihan antara Rusia dengan Turki dan Rusia bertekad lakukan pembalasan atas insiden tersebut. Putin berkata, "Apakah Turki sekarang ingin menyeret NATO untuk melayani kepentingan ISIS?" dan sebaliknya Perdana Menteri Turki Ahmet Davutoglu mengkritik Rusia lantaran tak tahu adat. Davutoglu berkata,"Kami ingin komunitas internasional memahami bahwa pemerintah Turki siap mengorbankan perdamaian, jika keamanan dan kehidupan warga kami di perbatasan terancam. Hak kami mempertahankan kedaulatan setelah peringatan kami tidak diindahkan".
Ketegangan kedua negara mengingatkan momen buruk pada abad 19. Kerajaan Rusia, kala itu, pernah terlibat peperangan dengan Turki yang masih berada di bawah Kekaisaran Ottoman. Perang kedua negara terjadi pada 1877.
Sumber :
- http://ketemulagi.com/kronologi-turki-tembak-pesawat-tempur-rusia/
- http://www.merdeka.com/dunia/turki-negara-nato-pertama-jatuhkan-pesawat-rusia-usai-perang-dingin-jatuhnya-sukhoi-di-suriah.html
- http://www.voaindonesia.com/content/balas-jatuhnya-pesawat-rusia-ancam-sanksi-atas-turki/3075532.html
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H