Mohon tunggu...
Davina Az Zahra
Davina Az Zahra Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Tertarik dengan kehidupan sosial di masyarakat dan ingin belajar banyak bahasa di dunia

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kurangnya Literasi Masyarakat Indonesia di Era Digital, Apa Solusinya?

26 Oktober 2023   20:25 Diperbarui: 26 Oktober 2023   20:33 266
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

DAVINA AZ-ZAHRA

Pendidikan Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Jakarta.

davina200304@gmail.com

 

PENDAHULUAN

            Membaca merupakan salah satu keterampilan berbahasa atau suatu proses yang digunakan untuk menerima atau menyampaikan suatu pesan. Data-data tentang hasil penelitian literasi di Indonesia sudah menjadi hal yang biasa didengar di kalangan masyarakat, dikarenakan hasil yang begitu rendah dan tidak ada perubahan sampai saat ini. Khususnya pada hasil teliti dari Progress in International Reading Literacy Study (PIRLS) dan Early Grade Reading Assessment (EGRA) (Mullis & Martin, 2017: (USAID) Indonesia, 2014). Dan juga diperkuat dengan keluarnya hasil penelitian Amerika Serikat yang rilis pada awal tahun 2017 menunjukkan bahwa Indonesia menempati urutan 60 dari 61 negara partisipan survei tersebut dalam hal literasi. Hal ini menjadi suatu masalah yang serius dan secepatnya kita lakukan penindakan karena jika dibiarkan begitu saja akan berdampak terus menerus untuk masa depan.

            Pemerintah di Indonesia juga belum sepenuhnya mengambil tindakan yang serius dalam menghadapi permasalahan kurangnya literasi membaca ini, di sekolah para guru sudah berupaya untuk mengajarkan proses membaca, mengingatkan bahwa membaca merupakan suatu tindakan yang penting dan sepatutnya dilakukan secara terus menerus sehingga menjadi sebuah kebiasaan agar kebudayaan membaca ini tidak hilang. Tetapi pada kenyataannya semakin tumbuh berkembang suatu anak, di Indonesia tingkat minat literasi anak tersebut semakin rendah dengan berdasarkan pada hasil survei yang ada. Peran para orang tua dalam tumbuh kembang anak juga sangat diperlukan khususnya dalam minat membaca ini, tetapi sayangnya terkadang banyak orang tua yang malas untuk membaca juga dan akhirnya terkena berita hoax yang ada di Indonesia.

            Data-data yang sudah ada terkait dengan kebudayaan atau minat literasi membaca di Indonesia dapat dijadikan refleksi dan evaluasi untuk semua pihak terkait dengan pendidikan untuk kedepannya, khususnya terkait dengan budaya membaca dan peningkatan kemampuan membaca di Indonesia (Ibrahim, 2017). Kemampuan membaca di Indonesia setidaknya harus naik walaupun hanya 1% karena hal tersebut tetap merupakan suatu perubahan dalam meningkatkan minat literasi atau membaca di Indonesia ini. Upaya-upaya yang dilakukan ataupun peran dari mulai guru sekolah, orang tua, mahasiswa, hingga para siswa-siswi yang ada di Indonesia sangatlah penting untuk ditingkatkan jika Indonesia ingin memperoleh hasil literasi yang lebih tinggi dari hasil sekarang ini, dan jika literasi di Indonesia ditingkatkan lagi maka akan membawa dampak yang positif bagi negara ini. Oleh karena itu, para pakar sepakat bahwa kemahiran membaca (reading literacy) merupakan conditio sine quanon (prasyarat mutlak) bagi setiap insan yang ingin memperoleh kemajuan (Harras, 2014).

BAGIAN

            Kemampuan membaca di sekolah tidak lepas dari peran seorang guru yang membantu proses berkembang dan belajar pada seorang anak tersebut, guru merupakan jembatan awal yang bisa memperlihatkan kepada murid-muridnya bahwa proses pembelajaran itu membutuhkan membaca dan memahami suatu hal yang diajarkan. Guru harus berperan aktif dalam mengajak serta mendidik anak muridnya agar mereka memiliki minat dalam membaca, khususnya pada era digital ini sayangnya anak dalam usia yang menginjak Sekolah Dasar banyak yang kecanduan dalam bermain gadget dan malas untuk membaca buku. Tentu saja ini bukan merupakan hal yang bagus untuk generasi masa depan bangsa. Buku adalah jendela dunia yang akan selalu dipakai dan digunakan untuk mengetahui dan juga mengembangkan suatu ilmu dalam kehidupan bermasyarakat. Selain dari peran guru, sekolah juga berperan penting sebagai menyediakan sarana dan prasarana dalam meningkatkan minat membaca siswa-siswi, contohnya seperti sekolah bisa memberikan ruang perpustakaan yang baik dan juga nyaman untuk para siswa-siswi agar mereka nyaman dan mempunyai minat untuk membaca buku. Tetapi pada kenyataannya banyak sekali permasalahan-permasalahan yang ada dalam dunia pendidikan sehingga menghambat seorang siswa untuk mendapatkan ruang membaca buku.

            Kurangnya ruang membaca atau buku dalam perpustakaan menjadi salah satu penghambat siswa dalam meningkatkan budaya literasinya di sekolah, misalkan tidak adanya perpustakaan di Sekolah Dasar sehingga kurangnya pengetahuan dini dan kebiasaan tentang membaca buku. Setidaknya sekolah dan guru harus menyediakan dan memberikan ide atau inovasi seperti pojok perpustakan sejak siswa masih berada di Sekolah Dasar. Dalam masa Sekolah Menegah Pertama pun dilihat pada kenyataannya banyak sekali sekolah yang tidak menyediakan ruang perpustakaan yang layak untuk para siswa-siwi agar bisa mempunyai ruang untuk membaca buku dan meningkatkan literasi membaca mereka. Dan sayangnya juga masih terlihat pada Sekolah Menegah Atas yang mengalami hal yang sama dengan kurangnya fasilitas yang lengkap khususnya dalam perpustakaan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun