Mohon tunggu...
Davina OcbetaniePutri
Davina OcbetaniePutri Mohon Tunggu... Psikolog - Mahasiswi

Saya memiliki hobi membaca buku novel.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Kontroversi Kasus Harvey Moeis : Keadilan yang Dipertanyakan

8 Januari 2025   18:50 Diperbarui: 8 Januari 2025   18:50 82
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Terdakwa Harvey Moeis. Sumber : https://www.metrotvnews.com/read/kBVCaQyA-kubu-harvey-moeis-klaim-ada-keuntungan-dari-kerja-sama-dengan-pt-timah

Banyak pakar hukum dan tokoh publik yang mengkritik keputusan hakim yang memberikan vonis ringan kepada Harvey Moeis. Prof. Harkristuti Harkrisnowo, seorang ahli hukum pidana, menegaskan bahwa alasan seperti sikap sopan dan tanggungan keluarga tidak seharusnya dijadikan dasar utama dalam kasus dengan kerugian negara yang besar. "Keputusan harus lebih mempertimbangkan kerugian yang ditimbulkan daripada faktor pribadi pelaku," ujarnya.

Selain itu, tokoh-tokoh anti-korupsi juga khawatir keputusan ini bisa merusak upaya pemberantasan korupsi di Indonesia. Mereka berpendapat bahwa tanpa hukuman yang setimpal, korupsi besar akan terus terjadi karena pelaku merasa bisa mendapatkan hukuman ringan meskipun merugikan negara.

Dampak Keputusan Hukum

Keputusan ini bisa menurunkan kepercayaan masyarakat terhadap sistem peradilan. Jika masyarakat melihat pelaku kejahatan besar mendapatkan hukuman ringan, mereka mungkin merasa sistem hukum tidak bisa memberikan keadilan dengan baik.

Keputusan ini juga dapat memperburuk masalah korupsi di Indonesia. Tanpa hukuman yang tegas, pelaku korupsi besar bisa merasa aman dari hukuman berat meskipun merugikan negara dalam jumlah yang sangat besar. Hal ini tentu saja akan mengurangi efektivitas pemberantasan korupsi yang telah menjadi prioritas.

Solusi untuk Memperbaiki Sistem Hukum

Untuk memperbaiki sistem hukum dan memperkuat upaya pemberantasan korupsi di Indonesia, beberapa langkah perlu diambil. Pertama, transparansi dalam proses peradilan harus ditingkatkan. Hal ini berarti proses hukum harus terbuka dan bisa dipantau oleh masyarakat. Dengan begitu, publik dapat melihat dengan jelas bagaimana hakim membuat keputusan dan memastikan bahwa proses peradilan tidak dipengaruhi oleh faktor eksternal yang tidak relevan, seperti kekuasaan politik atau kepentingan pribadi.

Kedua, hukuman untuk pelaku korupsi besar perlu lebih tegas dan proporsional dengan kerugian yang ditimbulkan. Misalnya, dalam kasus Harvey Moeis, kerugian negara yang sangat besar harus diimbangi dengan hukuman yang juga berat, bukan hanya karena alasan pribadi pelaku, seperti sikap sopan atau tanggungan keluarga. Hukuman yang setimpal akan memberi efek jera dan mengingatkan pelaku bahwa korupsi tidak akan dibiarkan begitu saja.

Ketiga, lembaga-lembaga pengawasan hukum, seperti Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dan Komisi Yudisial, harus lebih aktif dalam memantau jalannya proses peradilan. Lembaga-lembaga ini bisa memastikan bahwa hakim tidak terpengaruh oleh tekanan luar yang bisa mempengaruhi keputusan mereka. Selain itu, mereka perlu memberikan sanksi jika ditemukan adanya penyalahgunaan wewenang atau ketidakadilan dalam proses hukum.

Keempat, pendidikan hukum kepada masyarakat juga sangat penting. Masyarakat perlu diberikan pemahaman yang lebih mendalam mengenai hak-hak mereka dalam sistem hukum. Dengan pemahaman yang baik, mereka bisa berperan serta dalam upaya pemberantasan korupsi, misalnya dengan melaporkan tindakan mencurigakan atau mendukung inisiatif yang memperkuat transparansi dan akuntabilitas.

Penutup

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun