Selaras dengan isi album Abdi Lara Insani yang berisikan sebelas lagu, cerita dalam buku “Petir di Kepalan Tangan” mengalir dalam menceritakan setiap lagu yang ada dalam album ini. Lagu “Bintang Massa Aksi” yang terasa funky ditelinga dengan alunan electronic music yang menimbulkan kesan musik fresh yang menyihir.
Dilanjut dengan distorsi gitar yang membahana khas alternative rock dan bass gitar lambat yang tajam yang menjadi intro lagu “Camkan” sangat membangkitkan audience terlebih sangat kuat untuk bergaung di panggung-panggung raksasa. Musik megah dan lirik-lirik yang lantang dan gagah dihadirkan lewat lagu “Kuping Ini Makin Lalai”, “Gugatan Rakyat Semesta”, “Jaya”, “ALI”, dan “Senin Toko Tutup”. Berbagai pengaruh musik era 90an dan 2000an yang dikemas dengan sound yang megah serta riff gitar yang galak dan terasa membangun semangat tetapi masih ramah di telinga muda-mudi jaman sekarang.
Dalam pembuatannya, secara konsep awal sampai rilisnya album ini memakan waktu yang cukup lama sejak 2015-2022 untuk memutuskan menghadirkan karya yang menceritakan kisah ALI tersebut ke publik. Meskipun musik yang dihadirkan terpengaruh dari berbagai bentuk musik rock, secara garis besar “Abdi Lara Insani” masih menghadirkan sentuhan khas .Feast dengan mengahadirkan dominasi rif-rif dan tempo medium menuju cepat.
Abdi Lara Insani menawarkan gerangan yang berat dengan riff yang tentunya catchy, musik megah yang disuguhkannya sangat menggedor gendang telinga serta lirik-lirik tajam yang dilantunkannya mampu menghujam nurani politisi. Namun, seberapa efektifkah tema-tema sosial politik yang dihadirkan .Feast ini untuk membuat perubahan signifikan, atau hanya sekedar musik yang bisa menjadi teman untuk bersenang-senang dalam berbagai perhelatan musik di tanah air dan sebagai karya belaka tanpa menghadirkan perubahan nyata di dunia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H