Hasil survei yang dilakukan oleh United Nations Development Programme (UNDP) harusnya pantas membuat kita orang Indonesia malu. Bagaimana tidak, orang Indonesia mempunyai minat baca yang rendah. menurut survey ini, Indonesia menduduki peringkat 92, sejajar dengan negara Bahrain, Malta dan Suriname. Di tingkat Asia Tenggara, kita bahkan hanya ada di atas Kamboja dan Laos. Bagaimana masa depan Indonesia jika generasi kita sudah pusing, mata berkunang-kunang jika disuruh membaca buku?
Ironisnya,  mata kita berbinar binar, wajah berseri-seri  jika berhadapan dengan layar 2 hingga 5 inchi dari handphone atau hape kita. bahkan hanya mendengar suara nada dering ataupun merasakan getarannya, seluruh tenaga kita seolah-olah terserap untuk segera mengangkat telepon ataupun membaca pesan singkat yang ada di sana. Hape sebagai alat komunikasi seolah sudah menjadi bagian dari organ tubuh selain jantung, hati, dan paru-paru kita.
Penulis pernah mengadakan sedikit penelitian mengenai kelekatan orang pada hape. banyak responden mengatakan "Tidak bisa hidup tanpa hape". Lalu penulis bertanya, memangnya apa yang dilakukan dengan hape. dengan malu-malu responden menjawab, ya buat smsan, pacaran, nggombal, telpon, facebookan, twitteran. ketika ditanya tentang lamanya waktu yang dihabiskan untuk berduaan bersama hape, umumnya mereka menjawab, "Setiap saat, hape harus selalu di sampingku".
Alangkah indahnya, jika hape  itu diganti dengan buku. Jika semua orang bergelut dengan buku, membaca buku di sela-sela waktu, tidak bisa hidup tanpa buku, buku harus di sampingku, maka dapat dibayangkan betapa luasnya samudera pengetahuan orang Indonesia di masa mendatang. Kata pepatah, buku adalah jendela dunia, maka banyak-banyaklah membaca buku.
Dalam hemat penulis, inilah ujung pangkal mengapa pendidikan di Indonesia tidak mengalami perkembangan yang signifikan. bandingkan dengan negara tetangga, Singapura, dimana satu dari empat orang warga negaranya suka membaca. Ini jelas berbeda di Indonesia, dimana satu dari 50 orang suka membaca. Maka, negara tetangga kita, SIngapura, dapat berkembang cepat berkat pendidikan dan luasnya samudera pengetahuan dari warga dan generasi mudanya.
Inilah yang menjadi pekerjaan rumah bagi pemerintah kita. pemerintah harus mengusahakan agar buku dan pengetahuan harus menjadi santapan sehari-hari. budaya membaca harus digalakkan. perkerjaan rumah bersama itu adalah bagaimana membuat supaya ketika ketika kita melihat buku, rasanya seperti melihat pesan singkat yang masuk ke hape kita.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H