Mohon tunggu...
david sudarko
david sudarko Mohon Tunggu... -

peminat rohani, sosial, edukasi, moralitas, humaniora, dan segala hal yang bernilai kebaikan.

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Menjelang Valentine Days, Waspadai Gelombang FS!!

11 Februari 2016   11:07 Diperbarui: 11 Februari 2016   11:32 193
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Valentine sudah di depan mata.

Sampai hari ini, Peringatan Hari Valentine masih menjadi topik panas. Karena banyak pro dan kontranya. Di kalender memang tidak tertera tanggal hari itu, apalagi dimerahkan (diliburkan). Namun spirit atau aura Hari peringatan Valentine sudah sedemikian melekat di hati generasi muda sejak lama. Saya pun pernah muda, teringat sekali pada jaman masih SMA dulu. Bersama dengan teman-teman, kami mulai memikirkan kado coklat, bunga dan kartu yang tercantik untuk orang yang kami “cintai” (lebih tepatnya, masih naksir). Padahal itu masih pertengahan bulan januari. Tapi, jauh-jauh hari sudah menggelora untuk merayakannya.

Memang, Hari Peringatan yang jatuh pada tanggal 14 Februari itu begitu memikat hati bagi generasi muda. Atau yang lebih passnya lagi adalah, anak-anak muda yang kepincut (terpikat) olehnya. Bak Christiano Ronaldo setelah membobol gawang lawan, demikian pula anak muda dalam mengungkapkan hari peringatan itu. Penuh ekspresi.
Mengapa generasi muda sebegitu ekspresifnya dalam memperingati Hari Valentine? Mungkin karena sesuai dengan situasi hatinya yang sedang berpacaran, berkasih-kasihan, bersayang-sayangan dan bercinta-cintaan. Sebab hari Valentine memang dipahami oleh mereka (anak muda) sebagai Hari Kasih sayang. Cuma pemahaman mereka cenderung sempit, kasih sayangnya hanya ditujukan kepada “pasangannya” (yang sebenarnya belum menjadi pasangan yang sah).

Gelombang FS menyerang

Galau juga menyimak dan mendengar keresahan masyarakat yang kontra dengan peringatan Hari Valentine. Ada yang berkomentar bahwa Hari Valentine adalah hari yang menebar kemaksiatan. Sampai ada slogan; “Valentine NO! Dia adalah product neraka”. Dan berbagai cibiran lain yang menjamur di berbagai media sosial. Namun sayangnya, masih banyak pula yang mengagungkannya.

Lepas dari pro dan kontra masyarakat, saya merasa tertarik untuk membahas Hari Valentine ini. Mengapa? Karena ada dampak ganda di balik perayaan hari tersebut. Dampak ganda? IYA! Ada dua dampak; yaitu berupa HONEY dan TOXIT.
HONEY ini berbicara tentang dampak yang manis dan menyehatkan (sesuai kandungan madu). Spirit Hari Valentine membawa setiap orang kepada sebuah manisnya hati (penuh rasa kasih dan sayang), dan itu menyehatkan sebuah hubungan manusia dengan sesamanya. Betapa indahnya jika semua orang hidup dengan penuh kasih sayang, tak ada curiga, kebencian dan dendam, maka bumi ini akan rukun dan damai.

Sedangkan TOXIT ini berbicara tentang dampak yang mematikan (sesuai dengan kandungan racun). Cara mengungkapkan Hari Valentine yang keliru akan meracuni dan “membunuh” manusia. Keliru yang bagaimana? Menjadi keliru jika cara pengungkapan kasih sayangnya diwujudkan dalam bentuk penyerahan tubuh. Alias berhubungan badan. Padahal belum menikah. Agama manapun sebenarnya menolak atau tidak membenarkan hubungan badan sebelum menikah. Namun banyak umat yang melanggarnya.

Hubungan badan sebelum menikah ini termasuk dalam kategori FREE SEKS.
Inilah yang saya maksudkan sebagai gelombang FS. Gelombang free seks. Gelombang ini berjalan seperti ombak di lautan merasuk ke seluruh penjuru. Dari kota besar menuju kepada kota kecil dan pedesaan. Di masyarakat urban umumnya, kehadiran penginapan-penginapan seperti hotel dan losmen, home stay, kost-kostan, membuka peluang lebar bagi pasangan-pasangan belum menikah untuk melakukan seks bebas tersebut.

Itulah yang mungkin mendasari penolakan terhadap Hari Valentine di masyarakat kita. Karena pada peringatan hari itu tingkat free seks mengalami peningkatan yang drastis. Dalam satu dekade ini, tingkat Free seks di negeri kita memang grafiknya bisa dibilang semakin meninggi. Pengaruh budaya barat melalui film-film layar lebar (bertemu sekali langsung kencan – tidur berdua), video-video klip lagu modern (fulgarisme kissing), turut menyumbang peningkatan FS tersebut.

Dekatkan diri pada TUHAN

Gelombang FS memang sangat sulit untuk dikendalikan. Apalagi yang mengendalikan adalah orang lain. Sebab yang benar-benar bisa mengendalikannya hanya orang yang bersangkutan itu sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun