Mohon tunggu...
david solossa
david solossa Mohon Tunggu... -

selalu bersemangat menikmati indahnya hidup dan kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Kerusuhan di Paniai, Berita yang Salah Kaprah

10 Desember 2014   14:25 Diperbarui: 17 Juni 2015   15:38 416
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bulutangkis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Vladislav Vasnetsov

Kerusuhan di Paniai yang menewaskan beberapa warga dimanfaatkan oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab untuk memojokkan aparat TNI/Polri yang bertugas disana. Kejadian yang bermula tanggal 7 Desember itu benar-benar berhasil menempatkan pihak aparat dalam posisi bersalah. Hal ini disebabkan karena media yang pertama kali membuat berita adalah tabloidjubi.com dan suarapapua.com. Di media itu diberitakan bahwa seorang anggota TNI tidak diterima ditegur hingga memukul anak kecil. Pemukulan itu mengakibatkan warga marah dan menyerang Polsek dan Pos Ramil hingga jatuh korban. Anehnya lagi, TV One memberitakan peristiwa Paniai dengan menyertakan sumber tabloiudjubi dan suarapapua dan tanpa konfirmasi penerangan Polda dan Kodam Papua.

Kejadian tersebut sebenarnya berawal dari sekelompok masyarakat Gunung Merah (Madi), Paniai yang sedang membuat pohon Natal tanggal 7 Desember. Tiba-tiba ada pengendara motor berboncengan yang melaju kencang dan tidak menghidupkan lampu, padahal sudah malam, yaitu pukul 20.00. Pengendara motor tak dikenal (OTK) itu ditegur dan tidak terima kemudian terlibat adu mulut.

Pukul 21.30, OTK tersebut kembali lagi ke tempat pembuatan pohon Natal dengan rekan-rekannya dengan menggunakan mobil. Sampai di lokasi, mereka tiba-tiba menembak ke atas dan melakukan pemukulan kepada orang yang sedang membuat pohon Natal.

Keesokan harinya, pukul 04.00 warga tidak terima dengan pemukulan dan melampiaskan kemarahan dengan membakar kantor KPU di Enarotali, Paniai. Di hari itu, 8 Desember, suasana sudah mulai mencekam, masyarakat melakukan pemblokiran jalan. Ketika rombongan Satgas pimpinan Lettu Imanuel Bangun melintas dengan Toyota Rush, mereka dikepung massa dan diserang secara membabi buta dengan lemparan batu. Senjata juga berusaha dirampas, tapi berhasil diamankan. Karena jumlah massa yang sangat banyak, rombongan satgas memilih untuk mundur, karena kalau melakukan perlawanan pasti akan timbul korban, baik satgas maupun masyarakat.

Sekitar pukul 10.00, kumpulan massa itu bergerak ke Enarotali dan menyerang Polsek dan Koramil dengan batu dan panah. Anggota melakukan tembakan ke udara supaya massa mundur. Namun mereka semakin beringas, dari ketinggian gunung ada suara tembakan yang mengarah ke kerumunan massa. Tiba-tiba massa membawa 3 jenazah yang terkena tembakan dan meminta pertanggungjawaban aparat.

Dari kronologi ini dapat disimpulkan bahwa pemberitaan sebelumnya yang menyatakan bahwa kerusuhan disebabkan oleh anggota TNI yang memukul masyarakat adalah tidak benar. Orang yang memukul masyarakat sampai saat ini masih diselidiki, bisa jadi orang tersebut adalah OPM yang memang punya senjata dan terkenal sangat arogan. Selain itu, serangan massa ke kantor KPU dan markas TNI/Polri adalah serangan yang salah sasaran karena massa melampiaskan kemarahan kepada orang/pihak yang belum jelas. Mengenai penyebab kematian beberapa warga karena tembakan bisa jadi yang menembak warga adalah OPM karena ada tembakan dari gunung yang mengarah ke massa, sementara aparat justru menembak ke udara untuk membuat massa mundur. Kejadian sejenis ini sudah sering terjadi di Papua, ketika ada keributan, OPM memanfaatkan situasi untuk menyudutkan TNI/Polri dengan isu klasik "pelanggaran HAM". Perlu pembaca ketahui juga bahwa dari kejadian ini, beberapa anggota Polsek dan Koramil banyak yang mengalami luka-luka karena kebrutalan warga.

Sebagai warga Papua saya berharap semoga kejadian seperti ini tidak terjadi lagi. Himbauan saya kepada sesama warga Papua, tolong jangan mudah tersulut emosi dengan hal-hal kecil. Selesaikan setiap masalah dengan aturan yang berlaku, bukan dengan pengrusakan dan pembakaran yang sangat merugikan. Terakhir kepada media, tolong jangan membuat berita yang provokatif sebelum ada data dan fakta yang akurat. Jangan hanya mengutamakan kecepatan tanpa ketepatan karena akan sangat berbahaya jika dibaca atau ditonton orang yang tidak berpikir panjang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun