Mohon tunggu...
David Solafide
David Solafide Mohon Tunggu... lainnya -

'Life is very short and there's no time for fussing and fighting, my friends' The Beatles. Do join English Community http://english-comm.blogspot.com/

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Paradoks, Kisah Don Geng

7 April 2011   17:24 Diperbarui: 26 Juni 2015   07:02 137
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_100691" align="alignleft" width="300" caption="Geng suka Queen"][/caption]

Terlahir kembar, mereka sangat serupa. Rambut, wajah, bibir, mata, telinga dan warna kulit semua sama. Sulit bagi orang lain untuk membedakan di antara mereka. Mereka kembar identik.

Sekalipun demikian, Don dan Geng mempunyai banyak sekali perbedaan. Sejak kecil, Don lebih menyukai warna biru, sedangkan Geng lebih menyukai warna merah. Don senang bermain mobil-mobilan, sedangkan Geng senang bermain sepak bola. Jika Don sangat menyukai matematika, Geng menyenangi IPA.

Don gemar berkebun. Dia menanam berbagai macam bunga. Geng suka memelihara ikan. Dia mempunyai tiga biji akuarium.

Dalam hal makanan, Don senang makanan tanpa kuah. Sebaliknya, Geng sangat suka makanan dengan kuah. Don senang rambutan, Geng suka duku. Don tidak suka makan di rumah makan, Geng sangat suka.

Ketika remaja, Don sangat senang berteman dengan cewek berambut panjang. Geng, sebaliknya, senang dengan cewek berambut pendek. “Praktis, dinamis, ekonomis, dan manis,” alasannya.

“Apa hubungannya cewek berambut pendek dengan ekonomis?” tanya Don.

“Cewek berambut pendek nggak ngabis-ngabisin shampo,” jawab Geng.

Don menyukai cewek pendiam, Geng suka cewek yang sedikit cerewet, bawel dan ketus.

Dalam soal musik, Don suka mendengarkan musik jazz. Di lain pihak, Geng gandrung pada musik rock, Queen adalah salah satu group kesukaannya. “Musik rock itu dinamis,” kata Geng suatu hari.

Dalam hal bacaan, Don suka membaca dongeng klasik: Sangkuriang, Roro Jongrang, Roro Mendut, Bandung Bondowoso, Ande-ande Lumut, Malin Kundang, Hang Tuah, dan sebagainya. “Dongeng-dongeng seperti ini harus dilestarikan,” kata Don menirukan promosi Parade Dongeng Anak Indonesia. Geng lebih suka membaca dongeng atau cerita futuristik: Kisah-kisah Bisanlais, Kancil dan Gayus, Mantra Nenek Tua, dan sebagainya.

Ketika dewasa nanti, Don ingin menjadi seorang astronot. Dia ingin menjadi astronot Indonesia pertama yang melancong ke luar angkasa. Geng ingin menjadi seorang dokter gigi. “Aku ingin menjadi seperti dokter Gustaaf Kusno. Beliau adalah seoran dokter gigi yang juga seorang Kompasianer. Beliau adalah seorang yang jeli dan teliti. Aku sangat mengidolakan beliau,” kata Geng.

Ini adalah sebuah paradoks. Sekalipun Don dan Geng memiliki perbedaan selera dalam hampir segala hal, mereka tetap rukun. Don tidak pernah menyalahkan Geng hanya karena Geng tidak menyukai apa yang dia suka. Geng juga tidak pernah menyalahkan Don mengapa Don mempunyai selera yang berbeda dengan dirinya. Mereka saling menghormati kesukaan masing-masing, tidak pernah saling menjelekkan atau menyalahkan.

Mereka bahagia justru karena mereka berbeda. Perbedaan tidak membuat Don dan Geng berselisih ataupun berseteru.

Pesan moral:

Menjadi diri sendiri lebih membahagiakan dari pada sekedar menjadi pengekor.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun