Mohon tunggu...
David Solafide
David Solafide Mohon Tunggu... lainnya -

'Life is very short and there's no time for fussing and fighting, my friends' The Beatles. Do join English Community http://english-comm.blogspot.com/

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Dilarang Menyebut Tiga "Babi" Kecil

5 Juli 2010   01:05 Diperbarui: 26 Juni 2015   15:05 419
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

[caption id="attachment_185361" align="alignleft" width="124" caption="pig/businessweek.com"][/caption]

Dilarang menyebut kata ‘babi’. Siapa yang melanggar larangan ini akan mengalami nasib sial atau nasib buruk. Khususnya jika menyebut kata ‘babi’ ketika sedang memancing di laut, sungai atau danau. Nasib buruk seperti apa? Disambar peluru nyasar, disambar petir, disambar buaya atau pakaya, ……. ini serius, suer.

Apa hubungan antara menyebut kata ‘babi’ dengan memancing dan nasib sial? Hubungannya adalah jika seseorang menyebut kata ‘babi’ akan memancing nasib sial. Ini adalah takhyul. Dan, ini masih dipercaya oleh sebagian besar masyarakat ‘pedalaman’ benua Amerika, Eropah, dan Afrika.

Selain pantangan menyebut kata ‘babi’, masih ada banyak takhyul yang dipercaya oleh masyarakat. Mata H. menulis di BlogHer beberapa takhyul seperti:

1. Jangan biarkan kursi goyang bergoyang tanpa ada orang di dalamnya, setan akan numpang.

2. Jangan melempar topi di tempat tidur. Nasib buruk.

3. Jangan makan bersama dengan jumlah 13 orang. Salah satu akan mati tahun depan.

4. Jika memberi hadiah dompet kepada seseorang, harus diisi uang receh. Jika tidak, maka si penerima hadiah akan mengalami masalah keuangan.

5. Jika hidungmu gatal, kamu akan dicium orang gila.

6. Telinga gatal? Seseorang sedang ‘ngrasani’ kamu.

7. Tangan gatal? Bakalan dapat duit.

8. Jangan menyalakan tiga batang rokok sekaligus dengan satu korek api. Nasib sial.

Lainnya, silahkan baca sendiri (ah mana sempaaat)

Ketika saya kanak-kanak, nenek saya melarang kami menyebut kata ‘kucing’, kami harus memanggil binatang rumahan itu ‘mewek’. Ada mewek di atas atap.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun