Banyak orang yang pergi berdoa di mesjid. Banyak pula yang pergi berdoa di gereja. Tak sedikit yang pergi berdoa di tempat-tempat ibadah lainnya. Ini, tentu saja, merupakan sesuatu yang menggembirakan. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia masih memiliki rasa keimanan yang baik. Pada jaman di mana materialisme telah menjadi tuhan dan agama baru, masih banyak masyarakat Indonesia yang tidak berpaling dan menjadikan materi sebagai sesembahan mereka.
Sayangnya - demikian kesimpulan sementara yang dibuat oleh Elmia Imaginatul dalam laporan tugasnya sebagai malaikat pengawas pendoa masyarakat Indonesia - banyak orang yang berdoa di mesjid, gereja, atau tempat ibadah lainnya tidak berdoa dengan sungguh-sungguh. Mereka pergi ke tempat-tempat ibadah itu dengan motivasi lain. Beberapa orang ingin dianggap sebagai orang yang agamis, yang religius. Sementara itu, ketika mereka berdoa, hati dan pikiran mereka melayang entah kemana. Mulut mereka mengucap doa, tetapi pikiran mereka mengembara.
“Itu tidak benar,” kata Eltyas Alkadut. Malaikat yang bertugas di Suriah ini memang sedang diperbantukan sebagai pendamping Elmia Imaginatul. “Banyak orang berdoa dengan khusuk di mesjid, gereja, dan tempat ibadah lainnya,” tambah Eltyas, malaikat pesolek itu.
“Itu ‘kan memang sudah seharusnya! Orang harus berdoa dengan khusuk! Yang aku lihat adalah adanya begitu banyak orang yang berdoa dengan tidak khusuk,” Elmia Imaginatul yang pendiam itu agak sewot karena diprotes Alkadut.
“Calm down, baby,” kata Eltyas yang memang agak cerewet. “Selain di mesjid, gereja, atau tempat ibadah lainnya, orang juga berdoa di rumah-rumah mereka. Ayo kita awasi mereka,” Eltyas Alkadut mencoba mendinginkan suasana.
Terbang dan melayang kedua malaikat itu menuju sebuah rumah. Mereka mendengar seorang wanita sedang berdoa dengan sangat khusuk dan menyentuh hati. “Ya, Tuhan, tolonglah hambaMu ini,” terdengar suara dari dalam sebuah ruangan. Imaginatul dan Alkadut masuk ke dalam ruangan itu dengan cara menembus tembok. Dalam keremangan ruangan itu, mereka melihat seorang wanita yang sedang berdoa dengan berlinang air mata.
“Sembuhkanlah ayahku yang sakit ini,” rintih wanita itu dalam doanya.
“Inilah doa paling khusuk yang pernah ku tahu,” kata Imaginatul.
“Ya. Kita harus segera melaporkan doa wanita ini, supaya segera dikabulkan oleh Majikan,” jawab Eltyas yang hanyut dalam haru mendengar doa wanita itu.
“Hamba tak akan sanggup lagi hidup tanpa ayah hamba,” wanita itu melanjutkan doanya.
“Kaaat!!”
Tiba-tiba ruangan itu menjadi terang benderang. Suara riuh tepuk tangan memenuhi ruangan.
“Aktingmu luar biasa, Nabila. Kamu benar-benar menjiwai peranmu. Pasti sinetron ini akan membuat para pemirsa terkesima,” seorang pria agak tambun berkata sambil menepuk pundak si wanita.
“Apa?!!” Imaginatul dan Eltyas terkejut. Ternyata, itu tadi hanya sebuah akting dalam sebuah sinetron. Kedua malaikat itu menjadi bingung. Doa dalam sinetron bisa lebih khusuk dari pada doa di mesjid, gereja, atau tempat ibadah lainnya. (ds)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H