[caption id="attachment_105622" align="alignleft" width="300" caption="Pispot porselen"][/caption] Membandingkan atau menyamakan anggota DPR dengan pispot tentu tidak etis. Anggota DPR adalah manusia, sedangkan pispot adalah benda yang dipakai untuk menampung urine, air seni. Tetapi, membandingkan gedung DPR dengan toilet adalah seni, karena pembandingan itu dilakukan oleh sembilan orang seniman. Mereka melukiskan bahwa gedung DPR hanyalah tempat di mana para anggota DPR ‘buang hajat’. Gedung itu menjadi penuh kotoran manusia. Lantas untuk apa membangun gedung baru, jika nanti fungsinya juga akan sama saja sebagai kakus? Begitulah kira-kira pemikiran para seniman tersebut. (Beritanya di sini dan di sini)
Apakah anggota DPR itu sama dengan pispot? Seharusnya tidak! Anggota DPR berfungsi sebagai lembaga untuk memperjuangkan ‘nasib’ rakyat, itu seharusnya. Tetapi, kenyataannya para anggota DPR banyak yang hanya memperhatikan ‘nasib’ diri mereka sendiri. Anggota DPR seharusnya aktif memberantas korupsi, kenyataannya mereka justru menyuburkan korupsi. Karena itu, saat ini DPR tidak berfungsi sebagaimana seharusnya. Lantas, apa hubungannya dengan pispot?
Pdt. dr. Jusuf BS pernah menceritakan pengalaman beliau ketika melakukan masa praktek di sebuah desa. Kepala desa menyambut beliau dengan suka cita. Dia menyambut sang dokter dengan menyediakan hidangan a la desa tersebut, sayur asem, tempe dan tahu goreng, dan sambel. Yang aneh adalah sayur asem itu ditaruh di dalam sebuah pispot. Pispot berisi sayur asem, amboi. Meskipun pispot itu baru dan bersih, bagi sang dokter mengingatkannya pada penggunaan pispot di rumah sakit. Jelasnya, pispot bukan untuk sayur asem. Pispot hanya untuk air seni, air kencing. Untuk bisa berfungsi untuk wadah sayur asem, sebuah pispot harus dirombak menjadi mangkok, panci, atau rantang. Itu barulah sesuai.
Anggota DPR itu seperti pispot, tidak cocok untuk diisi ‘sayur asem’, tidak cocok untuk membela rakyat. Untuk bisa berfungsi sebagai pembela rakyat, anggota DPR harus dirombak, direparasi. Mental yang bobrok sungguh tidak mungkin menghasilkan sesuatu yang baik. Semoga para pispot itu merombak diri mereka menjadi mangkok, panci, atau rantang. Jika tidak, diremukkan saja sekalian! (ds)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H