Hingar bingar, hiruk pikuk, dan riuh rendahnya Festival Fiksi Kompasiana telah usai. Lebih dari 100 karya, yang dihasilkan dari kerjasama dua atau lebih Kompasianer, telah dipublish. Kini saatnya karya-karya fiksi hasil kolaborasi itu dibaca, dinikmati, dikomentari, di-vote, dan seharusnya dikritisi. Mengapa karya-karya tersebut perlu dikritisi?
Tujuan dari penyelenggaraan hajatan ini selain untuk menghasilkan kuantitas karya fiksi, tetapi juga untuk menghasilkan karya fiksi yang berkualitas. Yang pertama sudah bisa disebut sebagai ‘berhasil’, tetapi yang ke dua belum dapat dibuktikan. Karena itulah diperlukan saran, koreksi dan kritik terhadap karya fiksi yang telah dihasilkan. Hal ini akan mendorong para Kompasianer untuk berkarya lebih maksimal secara kualitas di waktu mendatang. Dan pada saatnya nanti, karya fiksi di Kompasiana tidak akan dipandang sebagai karya fiksi kelas dua.
Untuk melakukan SKK (saran, koreksi dan kritik) perlu ‘dibentuk’ sebuah tim independent yang akan menilai karya-karya fiksi tersebut dari segi: ide, kebahasaan, alur cerita, penceritaan, dan lainnya yang dipandang perlu. Tim tersebut, sesuai dengan ‘namanya’, terdiri dari Kompasianer yang tidak terlibat dalam penulisan karya-karya fiksi yang telah dipublish itu. Tetapi, tidak menutup kemungkinan bahwa Kompasianer yang turut menyumbangkan karya mereka dalam ajang tersebut dapat direkrut untuk menjadi salah satu anggota tim sesuai kebijakan panitia (admin) FFK.
Demikianlah sebuah input yang diharapkan segera menghasilkan output yang nyata. Berjayalah fiksi Kompasiana.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H