Dua biji ban bekas mobil teronggok di dekat tempat sampah di belakang rumah kami. Saya bertanya kepada isteri saya siapa pemilik kedua ban bekas itu. ‘Kenapa?' tanya isteri saya. ‘Apa boleh saya ambil? Tak lelesane.' ‘Untuk apa?' ‘Nanti juga tahu sendiri.' Saya cuci kedua ban bekas itu, dan setelah kering saya semir sampai nggilap. Saya tumpuk keduanya menjadi satu dan meletakkannya di sudut ruang tamu. Saya beli kaca yang dipotong lingkaran, saya letakkan di atas tumpukan ban bekas itu. Jadilah dia ‘meja' hiasan yang menghiasi sudut ruang tamu. Isteri saya - penggemar pernak pernik - sangat senang, dia lalu menata pernak pernik di atas ‘meja' itu. Dari tempat sampah, kedua ban bekas itu sekarang ikut memperindah rumah kami (yang aslinya memang sudah indah, hoahoahoahoa). ‘Tuhan itu seperti pemungut sampah,' saya katakan pada isteri. ‘Maksudmu?' ‘Dibandingkan dengan kemaha-sucian Tuhan, kita ini ‘sampah'. Tetapi, Dia mengasihi kita dan memungut kita untuk menjadi sesuatu yang berguna bagi orang lain. Jadi, kalau Dia memakai kita untuk menjadi manfaat bagi orang lain, janganlah kita menyombongkan diri, karena kita hanyalah bekas ‘sampah'.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H