Data Alkitab berkenaan dengan Dosa.Â
Dalam Alkitab konsep yang paling umum yang menekankan sifat dosa adalah "salah sasaran"  dalam bahasa ibrani   (chata) dan dalam Yunani ( hamartano), istilah salah sasaran  pada umumnya menganjurkan suatu kekeliruan kesalahan dan bukan dosa yang dipilih secara sadar.
 Namun demikian, dalam Alkitab kata  (chata) bukan hanya sekedar merujuk kepada kegagalan, melainkan pada keputusan untuk gagal.  "salah sasaran"  merupakan kesalahan yang sukarela dan patut dicela. Ryder Smith dengan tegas mengatakanÂ
"ratusan contoh dari pemakaian moral istilah ini menuntut pengertian bahwa orang jahat itu  salah sasaran yang betul karena memang sasaran yang salah itulah itulah yang ditujunya dan ia gagal menempuh jalan yang benar karena dengan sengaja ia mengikuti jalur yang salah, maksudnya sama sekali tidak ada unsur kesalahan tak disengaja atau sekedar gagal begitu saja".Â
Namun demikian dalam ayat-ayat yang membahas ritual agama terdapat beberapa contoh dimana bentuk kata benda yang tampaknya menunjuk kepada dosa yang tidak disegaja.
Dalam Perjanjian Baru kata yang sepadan dengan (chata) adalah (hamartia), dan (hamartema) hal ini didasarkan padadua pertimbangan, yakni bahwa septuaginta menerjemahkan kata (chata) sebagai ( hamartano) dan pertimbagan lain adalah bahwa kata tersebut me miliki arti dasar yang sama dengan (chata). Kata ( hamartano) memikiki arti gagal, yakni gagal mencapai sasaran, kalah, tidak ikut menikmati, keliru. Kata benda (hamartia) menunjuk pada tindakan itu sendiri yakni kegagalan mencapai sasaran sedangkan (hamartema) merujuk kepada akibat perbuatan itu sendiri.
Dalam Alkitab umumnya ada dua jenis dosa yakni, Dosa Asali dan Dosa Aktual.Â
Sederhananya dosa asali merupakan dosa  warisan yang diturunkan dari Adam (Maz.51:7; Roma 5:12,19) sedangkan dosa aktual merupakan dosa yang dilakukan oleh manusia secara aktif/pasif baik dilakukan secara sadar maupun tidak sadar (lihat Roma 7:13-25). Selanjutnya penting untuk dibahas adalah siapa sebenarnya sumber dari dosa? Hal ini penting untuk dibahas karena memang ada banyak orang yang beranggapan bahwa Allah merupakan pencipta dosa, dan argumentasi seperti ini sendiri sudah dibantah oleh Alkitab.
Menurut data Alkitab Allah tidak boleh dianggap sebagai penyebab dosa, melalui ketetapan-Nya yang ada dalam kekekalan Allah memang memberikan peluang kemungkinan dosa untuk masuk kedalam dunia, namun demikian kenyataan ini tidak dapat ditafsirkan bahwa Allah pribadi yang pribadi yang bertanggung jawab atas terjadinya dosa itu, karena data Alkitab seperti yang tertulis pada Ayub 34:110; Yesaya 6:3; Ulangan 32:4; Yakobus 1:13; Ulangan 25:16; Mazmur 5:4; Zakaria 8:7; Lukas 16:15, dan lain sebagainya menunjukkan bahwa Allah bukanlah penyebab dosa karena Ia sendiri amat membenci dosa, jadi jelaslah merupakan penghujatan apabila kita mengatakan bahwa Allah adalah penyebab dosa. Pandangan deterministic yang mengatakan bahwa Allah merupakan pembuat dosa dan yang mengatakan bahwa dosa merupakan natur yang harus ada dalam diri manusia harus ditolak dan ditentang.Selanjutnya walaupun hanya sedikit sekali ayat-ayat Alkitab mengenai sumber dosa, namun dengan tegas kesaksian Alkitab mengatakan bahwadosa berasal dari dunia Malaikat.Â
Dalam alkitab dosa pertama sekali muncul pada Kejadian 3, menurut Alkitab segala sesuatu yang Allah ciptakan adalah baik (Kejadian 1:31). Namun terjadi sesuatu di dunia malaikat yakni banyak malaikat yang jatuh dan tersingkir dari Allah, walaupun waktu dan peristiwanya tidak jelas disebutkan dalam Alkitab. Namun ayat-ayat Alkitab berikut, yakni; Yohanes 8:44 dan 1 Yohanes 3:8 sepakat mengatakan bahwa Iblis telah berdosa sejak semula barulah kemudiandosa masuk ke dalam dunia manusia (bumi) Yang melalui kesaksianAlkitab dengan jelas dikatakan bahwa dosa dimulai dari pelanggaran Adam yang dilakukan dengan kesadaran penuh (kejadian 3).Â
Alkitab menjelaskan bahwa Adam Kalah menghadapi pencobaan dan melakukan dosa, yakni dengan memakan buah dari pohon yang dilarang itu. Karena dosa yang dilakukannya Adam kemudian telah menjadi budak dosa yang kemudian menjadi kekotoran yang permanen yang diturunkan kepada keturunan Adam, sehingga hal ini menyebabkan manusia hanya dapat menurunkan natur manusia yang rusak kepada keturunannya.