Mohon tunggu...
David Salomo Silaen
David Salomo Silaen Mohon Tunggu... Mahasiswa - Siswa

Hobi saya membaca

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pemisahan Toleransi di Indonesia

19 Mei 2024   17:08 Diperbarui: 20 Mei 2024   00:03 105
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Indonesia, dengan keberagaman budaya, agama, dan etnisnya, sering kali disebut sebagai model toleransi yang mengagumkan. Namun, di balik keramahtamahan dan sikap inklusif, terselip dinamika sosial yang tidak selalu terlihat secara langsung. Salah satu aspek yang menarik adalah fenomena pemisahan toleransi yang tak terlihat, di mana masyarakat mungkin hidup berdampingan secara damai, tetapi dalam ruang sosial yang terpisah. 

Di Indonesia, toleransi sering kali dijunjung tinggi sebagai nilai budaya yang penting.Namun, dalam kehidupan sehari-hari, toleransi ini seringkali terjadi adanya pemisahan secara tidak terlihat. Salah satu contoh pemisahan toleransi yang tak terlihat adalah adanya toleransi yang hanya berlaku di dalam lingkungan tertentu. Misalnya, di beberapa daerah metropolitan, kita mungkin menemukan keberagaman etnis yang mencolok, namun interaksi antara kelompok etnis tersebut terbatas pada wilayah atau komunitas-komunitas tertentu. Orang-orang mungkin hidup berdampingan, namun jarang melakukan interaksi di luar lingkungan sosial atau tempat ibadah masing-masing. Contoh lainnya, toleransi ini seringkali hanya bersifat superficial, atau sekadar permukaan. Misalnya, orang-orang mungkin terbiasa bertegur sapa dengan tetangga-tetangga mereka dari latar belakang agama atau etnis yang berbeda, tetapi pada saat yang sama, mereka mungkin memiliki sedikit pemahaman tentang kehidupan sehari-hari dan nilai-nilai yang penting bagi komunitas tersebut.

Kejadian ini biasa terjadi karena beberapa faktor antara lain,  pendidikan yang terfragmentasi dan media sosial. Dimana pendidikan memainkan peran penting dalam membentuk persepsi dan sikap terhadap keberagaman. Namun, di Indonesia, ada kecenderungan untuk memiliki sistem pendidikan yang terfragmentasi, di mana sekolah-sekolah dengan latar belakang agama atau budaya yang berbeda mungkin memiliki kurikulum dan lingkungan belajar yang berbeda pula. Hal ini dapat menyebabkan siswa tumbuh dalam lingkaran sosial yang terbatas, dengan sedikit kesempatan untuk berinteraksi dengan orang-orang dari latar belakang yang berbeda. Hal ini didukung dan berlanjut dengan digitalisasi yang cepat sehingga membuat media sosial memainkan peran yang semakin penting dalam membentuk pandangan dan interaksi sosial. Namun, fenomena filter bubble atau gelembung filter juga menjadi pemisahan toleransi yang tak terlihat. Orang-orang cenderung terpapar pada pandangan dan informasi yang sesuai dengan keyakinan dan preferensi mereka sendiri, sehingga memperkuat pemisahan antara kelompok-kelompok sosial.

Untuk mengatasi pemisahan toleransi yang tak terlihat ini, langkah-langkah konkret perlu diambil. Pertama-tama, pendekatan yang inklusif dalam pendidikan, yang mempromosikan interaksi lintas-budaya dan memperkenalkan siswa pada nilai-nilai keberagaman, sangat penting. Selain itu, advokasi untuk ruang publik yang lebih terbuka dan beragam juga diperlukan, di mana orang-orang dari berbagai latar belakang dapat bertemu dan berinteraksi secara alami.

Toleransi sejati bukan hanya tentang hidup berdampingan secara damai, tetapi juga tentang memahami, menghargai, dan mendukung keberagaman dalam segala aspek kehidupan. Dengan mengakui dan menanggapi pemisahan toleransi yang tak terlihat, kita dapat membangun masyarakat yang lebih inklusif dan harmonis di Indonesia.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun