Mohon tunggu...
David Sahara
David Sahara Mohon Tunggu... -

membaca untuk mengerti hidup, menulis untuk mewarnai hidup..

Selanjutnya

Tutup

Politik

SBY, Buaya, Cicak, dan Indonesia..

3 November 2009   13:42 Diperbarui: 26 Juni 2015   19:27 268
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

barusan liat acara tvOne tentang wawancara Anggodo berkaitan dengan "upaya pelemahan KPK".. jadi bertanya dalam hati.."siapakah yang benar??"..apa pak Anggodo dengan jawabannya yang sering tidak sesuai arah pertanyaan atau pengacara pak chandra yang tetap tenang di gedung MK..wallahualam..hanya Yang Maha Tahu Kebenaran yang bisa memastikan, saya n semua orang cuma bisa menebak berdasar apa yang terlhat..apa yang seolah menjadi "fakta"..entah benar atau tidak..karena hidup penuh dengan anomali dan ketidakteraturan.. terlepas dari kebenaran, secara logika ada dua kubu kuat yang seharusnya saling bermitra tetapi saling berseteru..ada kubu "buaya" dan ada kubu "cicak" (sengaja memakai istilah yang sekarang populer)..yang agak miris, entah ini kemajuan atau kemunduran dari reformasi, warga sekarang bukan hanya menjadi penonton tetapi juga pemain..dengan ramainya pemberitaan media adanya semacam "pemerkosaan cicak oleh buaya" timbul empati di hati masyarakat terhadap cicak..mulai dari ibu-ibu yang cuma ngegosipin buaya, bapak2 memaki buaya dan beberapa muda dengan semangatnya mendemo buaya..beberapa kasus menunjukkan empati kemudian berlanjut menjadi fanatik berlebihan terhadap cicak, dan layaknya pendukung fanatik tim sepak bola timbul persepsi segala macam yang berbau buaya (musuh) menjadi buruk..entah istri buaya, saudara laki2 buaya bahkan anak buaya..ujung2nya timbul korban anak-anak buaya menjadi hilang kepercayaan diri karena termakan stigmanisasi sebagai 'anak buaya' (sumber : http://regional.kompas.com/read/xml/2009/11/03/04021065%20/kami.sedih.dicap.quotanak.buayaquot ).. akankah konflik dalam tubuh cicak dan buaya ini terus menjebak empati masyarakat..akankah energi,pikiran,tenaga dan biaya masyarakat harus tersita terbawa alur pikir empati terhadap buaya dan cicak..akankah masalah pengangguran, kesehatan, kesejahteraan makin tertutup oleh masalah perseteruan cicak dan buaya..atau ini sengaja untk mengaburkan masalah pemerintah.. pak sby sbgai bos buaya maupun cicak tunjukkan wujud nyata "lanjutkan" bapak..bapak yang kencang mengkampanyaken "lanjutkan" keberhasilan bapak memberantas korupsi (lewat kerja keras cicak) dan mengurangi teroris (lewat kerja keras buaya) tlg beri tindakan nyata..jangan hanya menggunakan cicak dan buaya sebagai komoditas kampanye.. sekali lagi terlepas dari pihak mana yang benar, mari sejenak berangan (karena berharap kadang terlalu besar) untuk hidup di negeri yang damai, negeri yang penuh kepercayaan dan kejujuran..berangan tentang sesuatu yang indah dan melupakan cicak dan buaya karena mereka dan semua pihak yang berkait memang belum menunjukkan keinginan untuk bersatu.. berharap untuk kehidupan yang lebih baik.. >>just opini n angan2..no hard feelings..<<

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun