Mohon tunggu...
David Sahara
David Sahara Mohon Tunggu... -

membaca untuk mengerti hidup, menulis untuk mewarnai hidup..

Selanjutnya

Tutup

Politik

Sinetron Indonesia (Cerita Gayus yang Jayus)

20 April 2010   03:31 Diperbarui: 26 Juni 2015   16:42 283
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kalau mengikuti berita akir-akir ini serasa mengikuti sinetron Indonesia. Dimulai dari bola liar Komjen Susno Duadji yang terus membuka fakta-fakta bobrok di Polri, jadi terungkap beberapa fakta lagi yang lebih bobrok. Begitu banyak "Gayus-Gayus" Indonesia yang bekerja "mulia" dengan menilep pajak para koruptor jahat dan kaya dan menggunakan uangnya untuk kepentingan masyarakat kecil untuk kepentingan agama (entah berapa persen yang digunakan sendiri dan berapa persen yang disumbangkan, hanya gayus yang bisa menghitungnya).

Yang pertama, Gayus "asli", berprofesi PNS pajak 3A, yang dengan "ikhlas dan berbaik hati" (tentu saja ikhlas dan baik hati versi Gayus ya..) memberikan uang kepada hakim untuk biaya umroh para hakim ke tanah suci. Umroh adalah salah satu ibadah yang dimuliakan di islam dan gayus memberi "uang mulia" untuk berangkat ke tanah haji.

Beberapa sumber bisa dilihat disini dan sini.

Terus kasus kedua, Gayus "lain" aka Suswanto yang berprofesi sebagai petugas kebersihan di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Rungkut Jl Jagir Wonokromo, Surabaya. Kurang tahu bagaimana cara kerja beliau yang jelas juga berurusan dengan koruptor jahat dan kaya. Beliau dengan "ikhlas dan berbaik hati" (sekali lagi tentu saja ikhlas dan baik hati versi Gayus ya..) selalu menyumbang pembangunan masjid, membagi tunjangan hari raya (THR) bagi satpam kompleks perumahan, mentraktir biaya ziarah wali dll.

Satu contoh sumber bisa dilihat disini.

Bukan bermaksud menghina pegawai PNS 3A dan petugas kebersihan, tetapi dimana kita bisa melihat pegawai seperti itu (yang tanpa ada keterangan bisnis lain yang jelas dan sah) bisa menjadi "pemeran utama" dan begitu berkuasa selain di sinetron. Ya sinetron indonesia dengan pemeran utama "gayus, polisi, hakim dan pemeran pembantu masyarakat. Bagaimana bisa para polisi dan hakim Indonesia tidak ada perasaan curiga dan ingin tahu bagaiman seorang "gayus" menabung untuk membeli rumah, sesuatu hal yang secara kehidupan normal (bukan sinetron) hampir ga mungkin. Yang jelas sesama pemeran utama tentu tidak akan saling membunuh ya.

Dan seperti cerita sinetron juga, pemeran pembantu nasibnya kurang diperhatikan, pemeran pembantu hanya bertugas membuat pemeran utama nampak semakin "keren". Begitu juga dengan masyarakat, dengan memberi masyarakat sumbangan semakin menegaskan ke-pemarn utamaan sang gayus. Pertanyaan yang sekarang timbul adalah bagaimana dengan masjid, ibadah dan makanan para pemeran pembantu (masyarakat) yang tidak tahu bahwa uang yang digunakan ternyata bersumber dari sesuatu pekerjaan "mulia" itu (duakali lagi tentu saja mulia versi Gayus ya..). Kalau dalam kuliah sering mendengar "garbage in garbage out" apakah sumbangan garbage (dosa) ini akan menjadi ibadah garbage juga bagi pemeran pembantu. Wallahu alam. Karena sekali lagi sinetron dan penonton sinetron lebih suka dengan nasib pemeran utama dari pada pemeran pembantu.

Yang jelas tidak semua pegawai 3A dan petugas kebersihan seperti gayus. Hanya beberapa Gayus itulah yang merusak citra pegawai Indonesia. Kalau sering mendengar berita pengeroyokan massa pada pelaku penjambretan atau pencurian, bukankah wajar kalau penulis juga mengharapkan masyarakat bisa dengan sadar menjadi brutal dan menghajar Gayus secara nyata.

>>putra pensiunan PNS 2A<<

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun