Mohon tunggu...
David Othman
David Othman Mohon Tunggu... -

Damai di bumi, Damai di hati

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

(Bagian 2) Masihkah Anda Mengeluh ?

3 November 2010   13:45 Diperbarui: 26 Juni 2015   11:52 71
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Dik... masa ada jam yang harganya 3.5 M dik?"

Hahahaha rupanya ibu JS mennyampaikan cerita bahwa ada orang yang sanggup membayar sebuah jam tangan seharga 3.5 M ke anaknya... dan si sulung tertegun. "Hah???? Kita bisa beli apa aja ya ma dengan uang sebanyak itu?

Sayapun mulai bertanya kira - kira berapa harga peralatan pembuat kue sehingga bisa untuk membuka usaha lagi? Apakah benar2 tidak bisa terbeli lagi? Ketika uang 10 juta rupiah bagi kata hanya untuk membeli sebuah tas bermerek, buat Ibu JS alangkah amat sangat berharga bila bisa untuk membeli peralatan itu, terutama supaya dia bisa memberikan waktu lebih untuk anak - anaknya di rumah sambil membuat kue. Si kecil bisa diperhatikan, tumbuh dengan baik, setiap ibu JS pulang kerja, si kecil (4thn) semakin berkosa kata yang tidak baik karena pengaruh lingkungan. Putranya yang nomor dua agak "trouble maker" (begitu ibu JS menyebutnya), lagi lagi saya kagum dengan perbendaharaan kata bahasa inggris ibu JS yang lumayan.

Si Bujang belum tahu apa yang dia ucapkan Pak, masih labil. Sempat dia berkata "Kenapa ngga mama aja sih yang meninggal, malah papa?" Astagfirullah.....

Betapa sulit yang mereka lewati, sehingga sosok pencari nafkahpun diperdebatkan.

Sedikitpun cerita beliau tidak membuat saya berpikiran negatif bahwa beliau mengarang cerita untuk diberi belas kasihan. Justru sebaliknya, saya terbersit ingin mengatakan sesuatu. Sesuatu rencana, tetapi bukan janji.

"Ibu mau terima? Seandaianya kawan - kawan saya mengumpulkan baju - baju atau sepatu?" (pertanyaan saya sopan sekali karena takut menyinggung)

Dengan tulus dia menjawab:

"Aduh pak, akan saya terima dengan senang hati" Hampir saya minta sepatu bekas dengan kakak saya, tapi saya takut dihina pak, karena mereka masih belum mau menerima saya apa adanya" Saya juga bilang sama putri sulung saya, mama pasti punya rejeki supaya kaki kamu ngga kena aspal kalau jalan kaki ke sekolah nak"

Maksudnya adalah bagian bawah telapak kakinya sudah berlubang. Ya Tuhan tuntunlah kami untuk bisa berbagi dengan mereka.

Satu hal lagi yang memenuhi rongga kepala saya adalah, bagaimana caranya memberikan Mixer dan Oven yang berkisaran harga 10 juta rupiah itu? Dalam hati saya "Ah saya pasti bisa menggalang dana dari teman - teman saya yang mampu menyisihkan sedikit rejekinya" Tapi itu belum saya ucapkan....Saya ingin itu menjadi kenyataan sebelum bulan Desember, saat pesanan kue mulai berdatangan untuk ibu JS.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun