Mohon tunggu...
David Othman
David Othman Mohon Tunggu... -

Damai di bumi, Damai di hati

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Masihkah Anda Mengeluh? (Sebuah Perjuangan Tegar dari Wanita Sabar)

8 Oktober 2010   16:03 Diperbarui: 26 Juni 2015   12:36 458
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ibu JS: keinginan seperti itu pak, tapi peralatan sudah tidak terbeli dengan harga sekarang.

Very: pemasukan mana yang lebih bagus ibu?

Ibu JS: hampir sama, hanya untuk even - even tertentu seperti lebaran, natal dan sejenisnya, pesanan banyak pak.....(walaupun kurang tepat menyebut kata event - event) tetapi saya tetap terpesona dengan tutur bahasanya yang berpendidikan dan sangat lebih sopan dibandingkan pramugari - pramugari di maskapai terbesar di negara kita.

Pembicaraan berlanjut, tetap dengan bahasa yang halus dan sopan dia bercerita lagi.

Setahun ini dia menjalani profesi tersebut, karena menurutnya di usianya yang sekarang dia agak menemukan kesulitan untuk melamar di kantoran, belum lagi biaya dandan baju dan bedak, katanya. Lagipula, bila anak saya yang masih kecil berusia 4 tahun perlu saya, saya bisa langsung pulang walau dengan konsekuensi berkurang pendapatan. Tahun 2007 suaminya dipanggil Tuhan karena serangan jantung. Setelah menikah dia memeluk agama Islam, dengan latar belakang keluarga Protestan yang taat, dia terasingkan dari keluarganya, hingga detik ini. Dia hanya hidup bersama keempat anaknya, dengan penuh semangat dan perjuangan. Saat anak saya sakit dan perlu uang, saya sempat bingung mau cari pinjaman kemana? Dengan kondisi tinggal di rumah petak satu bulan tiga ratus ribu rupiah, apakah mungkin saya mengembalikan hutang yang saya pinjam? Tapi Allah sayang saya, salah satu pelanggan saya tiba - tiba menelepon dan memberikan sedekahnya. Alhamdulilah katanya! Saya tetap bersyukur dan bersyukur atas yang saya jalani, saya percaya pilihan hidup saya suatu saat akan membawa nikmat dan berkah.

Tidak ada satupun keluarganya yang mengunjunginya, tidak ada orang keenam atau ketujuh apalagi kedelapan, mereka hanya berlima berjuang menempuh kerasnya hidup kota Jakarta.

Mudah - mudahan Allah selalu melindungi ibu dan anak - anak Ibu.

Masihkan anda mengeluh? Saat renovasi rumah tidak berjalan lancar? Sementara ibu JS tinggal di rumah petak dengan keempat anaknya?

Masihkah anda mengeluh? Saat kemacetan melanda dan ibu JS bergelut tiap hari dengannya?

Masihkan anda mengeluh? Saat tidak terbeli sebuah iPad atau tas mahal? Masihkah anda mengeluh? Saat anda tidak bisa tidur karena hal sepele yang menimpa anda?

Masihkan anda mengeluh? Saat masih mendapat pemasukan yang cukup lumayan tetapi membenci pekerjaan yang anda jalani?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun