Mohon tunggu...
DAVID NEHEMIA
DAVID NEHEMIA Mohon Tunggu... Dosen - Praktisi

mari saling berbagi

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Kurikulum Deep learning

10 Januari 2025   07:33 Diperbarui: 10 Januari 2025   07:33 28
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Dalam dinamika pendidikan modern, sering kali kita terjebak dalam pola pikir yang sempit: mengejar angka, skor 1 hingga 100, sebagai tolok ukur keberhasilan siswa. Paradigma ini membuat pendidikan kehilangan maknanya yang lebih dalam. Sering kali, siswa dengan nilai sempurna---100---tidak benar-benar memiliki pemahaman yang mendalam atau kemampuan yang mencerminkan angka tersebut. Nilai menjadi sekadar simbol, tanpa esensi yang mencerminkan tanggung jawab moral atau integritas atas apa yang telah dipelajari.

Kurikulum Deep Learning hadir untuk menjawab tantangan ini. Kurikulum ini dirancang untuk membawa pendidikan kembali kepada akarnya, yakni pembentukan karakter dan pemahaman mendalam yang berlandaskan nilai. Kurikulum ini tidak hanya menekankan pentingnya penguasaan materi, tetapi juga mendorong siswa untuk memiliki pengendalian diri yang kuat dan kesadaran yang mendalam atas proses belajarnya.

Pengendalian diri menjadi elemen penting dalam kurikulum ini. Siswa diajak untuk memahami bahwa pembelajaran bukanlah sekadar proses untuk mendapatkan angka, tetapi juga sebuah perjalanan untuk menjadi pribadi yang bertanggung jawab atas apa yang mereka peroleh. Nilai yang didapatkan haruslah mencerminkan kemampuan sesungguhnya, bukan hasil dari usaha instan atau sekadar memenuhi tuntutan sistem. Dengan pendekatan ini, siswa memahami bahwa hasil belajar bukan hanya tentang prestasi akademik, tetapi juga tanggung jawab moral dalam mengaplikasikan pengetahuan.

Selain itu, kurikulum ini juga menekankan pentingnya kesadaran. Siswa diajarkan untuk tidak hanya memahami apa yang mereka pelajari, tetapi juga menyadari relevansi dari setiap pengetahuan yang mereka dapatkan. Kesadaran ini mencakup pemahaman tentang bagaimana suatu ilmu dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, bagaimana proses belajar mereka membentuk karakter, dan mengapa hal tersebut penting bagi diri mereka dan lingkungan sekitar. Dengan kesadaran seperti ini, pembelajaran menjadi lebih bermakna dan berakar pada tujuan yang lebih besar.

Sebagai contoh, ketika siswa mempelajari matematika, mereka tidak hanya diajarkan cara menggunakan rumus, tetapi juga didorong untuk menyadari bagaimana matematika dapat menjadi alat untuk memecahkan masalah nyata. Siswa menjadi sadar bahwa pembelajaran mereka memiliki dampak langsung, baik untuk diri mereka sendiri maupun masyarakat luas. Kesadaran ini menjadikan pembelajaran tidak lagi bersifat mekanis, tetapi personal dan transformasional.

Kurikulum Deep Learning menanamkan nilai kehidupan dalam setiap prosesnya. Pengetahuan yang dipelajari bukan lagi sekadar materi hafalan, melainkan bagian dari perjalanan membentuk pribadi yang utuh---pribadi yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga memiliki kebijaksanaan dan integritas dalam menerapkan pengetahuannya.

Dengan pendekatan yang berlandaskan pengendalian diri dan kesadaran, kurikulum ini membawa pendidikan menuju visi yang lebih besar. Pendidikan tidak lagi dilihat sebagai alat untuk mengumpulkan nilai angka, tetapi sebagai medium untuk membangun generasi yang sadar, bertanggung jawab, dan memiliki nilai-nilai hidup yang mendalam. Kurikulum Deep Learning menjadi gerakan untuk mengembalikan makna sejati pendidikan: membentuk manusia yang tidak hanya pintar, tetapi juga bijaksana dan berkontribusi bagi dunia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun