Mohon tunggu...
DAVID NEHEMIA
DAVID NEHEMIA Mohon Tunggu... Dosen - Praktisi

mari saling berbagi

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Ketakutan Adalah Senjata yang Mengguncang Peradaban

7 Januari 2025   19:08 Diperbarui: 7 Januari 2025   19:08 17
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Ketakutan adalah emosi yang paling mendalam dan paling berbahaya bagi peradaban manusia. Ketika ketakutan menyebar, ia merasuki pikiran, melumpuhkan logika, dan menggiring manusia untuk bertindak di luar nalar. Sejak awal sejarah, narasi ketakutan telah digunakan sebagai alat yang ampuh untuk mengguncang masyarakat, mengendalikan massa, dan memengaruhi jalannya dunia.

Sejarah menunjukkan bagaimana ketakutan mengubah segalanya. Pada abad ke-20, Amerika Serikat dilanda paranoia terhadap komunisme. Narasi ini, yang dikenal sebagai Red Scare, mengakibatkan ribuan orang kehilangan pekerjaan dan reputasi. Mereka dituduh sebagai simpatisan komunis tanpa bukti yang jelas, semua karena ketakutan yang ditanamkan oleh para pemimpin.

Ketakutan serupa melanda dunia pada 2001, saat tragedi 9/11 terjadi. Ketika gedung-gedung runtuh di New York, dunia tidak hanya kehilangan ribuan nyawa tetapi juga rasa aman. Ketakutan terhadap terorisme mendorong pemerintah Amerika Serikat meluncurkan perang global melawan teror, menginvasi Afghanistan dan Irak. Di dalam negeri, kebijakan seperti Patriot Act lahir, yang meskipun bertujuan melindungi rakyat, juga membatasi kebebasan sipil.

Dalam Perang Dunia II, narasi ketakutan digunakan dengan cara yang jauh lebih kejam. Adolf Hitler memanfaatkan ketakutan terhadap Yahudi dan kelompok minoritas untuk membenarkan genosida. Propaganda yang menanamkan rasa takut ini berhasil menghancurkan jutaan nyawa dan menciptakan salah satu tragedi terbesar dalam sejarah manusia.

Ketakutan juga menjelma dalam krisis kesehatan. Pandemi COVID-19 adalah bukti nyata bagaimana ketakutan dapat mengguncang dunia modern. Ketika virus menyebar dengan cepat, dunia berhenti bergerak. Pemerintah menutup perbatasan, masyarakat dikurung di rumah, dan rak-rak supermarket kosong karena kepanikan. Ketakutan terhadap yang tak terlihat ini memisahkan keluarga, menghancurkan ekonomi, dan meninggalkan luka sosial yang dalam.

Sejarah lainnya mencatat bagaimana ketakutan terhadap penyakit seperti HIV/AIDS pada 1980-an menciptakan stigma yang menghancurkan kehidupan banyak orang. Alih-alih berfokus pada solusi, ketakutan melahirkan diskriminasi, terutama terhadap komunitas LGBTQ+.

Ketakutan juga digunakan dalam dunia ekonomi. Krisis minyak pada 1973, misalnya, menunjukkan bagaimana ketakutan terhadap kelangkaan sumber daya mampu mengguncang ekonomi global. Harga energi melonjak tajam, resesi melanda banyak negara, dan kepanikan merebak di seluruh dunia.

Ketakutan adalah alat propaganda yang kuat. Ia tidak hanya memengaruhi individu tetapi juga membentuk tatanan masyarakat. Dari perang hingga kebijakan politik, dari krisis kesehatan hingga ekonomi, ketakutan telah dan akan terus menjadi narasi yang mengguncang peradaban manusia. Narasi ini, jika dibiarkan, memiliki kekuatan untuk melumpuhkan dunia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun