Pada masa pelayanan Yesus, murid-murid-Nya datang dari berbagai latar belakang yang sangat beragam. Dua di antaranya adalah Simon orang Zelot dan Matius, seorang pemungut pajak. Kedua tokoh ini berasal dari kutub yang sangat berlawanan dalam masyarakat Yahudi pada masa itu, terutama dalam kaitannya dengan kekuasaan Romawi yang menjajah Israel. Dalam narasi ini, kita akan melihat bagaimana Yesus sebagai pemimpin rohani menangani dua pribadi yang sangat berbeda ini, dan bagaimana pengajaran-Nya membentuk hubungan mereka serta mempersatukan mereka dalam misi yang lebih besar.
Simon orang Zelot adalah seorang nasionalis yang penuh semangat. Kaum Zelot dikenal sebagai kelompok radikal yang sangat menentang penjajahan Romawi. Mereka bertekad untuk mengusir Romawi dari tanah Israel dengan segala cara, termasuk kekerasan dan pemberontakan. Bagi kaum Zelot, pemerintahan Romawi bukan hanya penindasan politik, tetapi juga penghinaan terhadap keyakinan religius mereka, karena mereka percaya hanya Allah yang layak memerintah Israel. Setiap bentuk kolaborasi dengan Romawi dianggap sebagai pengkhianatan, dan orang-orang yang bekerja sama dengan penjajah dianggap sebagai musuh bangsa dan iman.
Simon, sebagai seorang Zelot, pastinya memiliki pandangan ini. Kemungkinan besar, dia terlibat dalam perlawanan bawah tanah melawan Romawi atau setidaknya mendukung gagasan bahwa kemerdekaan hanya bisa dicapai melalui kekerasan. Dia mungkin melihat Romawi sebagai musuh yang tidak hanya menindas bangsa Israel secara fisik, tetapi juga mengancam identitas keagamaan dan budaya mereka.
Matius, Pemungut Pajak
Di sisi lain, Matius adalah seorang pemungut pajak, yang bekerja untuk pemerintah Romawi. Dalam masyarakat Yahudi, pemungut pajak adalah salah satu profesi yang paling dibenci. Mereka dianggap sebagai pengkhianat bangsa karena bekerja untuk penjajah yang menindas rakyat mereka. Selain itu, pemungut pajak sering dikenal korup. Banyak dari mereka yang mengambil lebih banyak pajak dari yang seharusnya untuk memperkaya diri sendiri. Dalam pandangan masyarakat Yahudi, seorang pemungut pajak bukan hanya pengkhianat, tetapi juga simbol penindasan dan ketidakadilan.
Matius mungkin adalah seseorang yang mengalami isolasi sosial yang sangat besar. Ia hidup di bawah stigma negatif yang melekat pada profesinya. Kemungkinan besar, dia dianggap rendah oleh masyarakat sekitar, bahkan mungkin keluarganya sendiri memandangnya dengan kebencian. Kehidupan Matius sebagai pemungut pajak membuatnya terasing dari komunitas Yahudi yang lebih luas, dan ia mungkin merasa terjebak dalam dunia yang penuh kebencian dan penolakan.
Kemungkinan Konflik Antara Simon dan Matius
Dengan latar belakang yang sangat berbeda ini, sangat mungkin ada ketegangan antara Simon dan Matius ketika mereka berdua menjadi murid Yesus. Beberapa konflik yang bisa terjadi antara mereka adalah sebagai berikut:
1. Pertentangan Ideologis: Simon, sebagai seorang Zelot, memiliki ideologi nasionalis yang kuat dan cenderung menggunakan kekerasan untuk mencapai tujuannya. Dia mungkin memandang Matius sebagai musuh, karena Matius bekerja untuk Romawi, yang merupakan musuh besar kaum Zelot. Dalam pandangan Simon, bekerja sama dengan Romawi berarti mengkhianati bangsa Israel dan Allah. Sebaliknya, Matius, yang baru saja menemukan kasih Yesus dan memutuskan untuk bertobat dari kehidupannya yang lama, mungkin merasa terancam berada di dekat seseorang yang begitu radikal seperti Simon.
2. Kebencian Pribadi: Simon mungkin menyimpan kebencian pribadi terhadap Matius. Sebagai seorang Zelot, Simon mungkin memiliki pengalaman langsung dengan kekejaman dan ketidakadilan Romawi, dan dia mungkin memandang Matius sebagai bagian dari sistem yang menindas bangsanya. Kebencian ini bisa sangat dalam, mengingat bahwa kaum Zelot cenderung melihat pemungut pajak sebagai simbol dari segala sesuatu yang salah dengan penjajahan Romawi. Di sisi lain, Matius mungkin merasakan ketidaknyamanan yang besar saat berada di dekat Simon dan orang-orang yang berpikiran serupa, karena dia tahu bahwa latar belakangnya sebagai pemungut pajak membuatnya menjadi sasaran kebencian.