Mohon tunggu...
DAVID NEHEMIA
DAVID NEHEMIA Mohon Tunggu... Dosen - Praktisi

mari saling berbagi

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Tahun dalam Siklus Bisnis

9 Oktober 2024   13:22 Diperbarui: 9 Oktober 2024   13:25 42
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bahasa. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcstudio

Tahun dalam Siklus Bisnis

Tahun baru dimulai dengan rutinitas yang tak pernah berubah. Dari Januari hingga Maret, masyarakat mulai menyusun laporan pajaknya. Kantor pajak dipenuhi orang-orang yang berusaha menyelesaikan kewajiban mereka. Di balik itu, para akuntan perusahaan bekerja keras, mengkalkulasi angka dan memastikan setiap data pajak tepat waktu. Semua serba cepat dan penuh ketelitian, karena kesalahan bisa berakibat besar.

April tiba, giliran perusahaan menuntaskan laporan pajak mereka. Di ruang-ruang kantor, suasana penuh ketegangan. Tim keuangan bekerja lembur, mengumpulkan data, dan menyiapkan laporan sesuai aturan. Bagi perusahaan, ini adalah masa kritis. Namun, manajemen tetap berharap semuanya berjalan lancar.

Ketika Mei datang, panasnya demonstrasi karyawan tak terelakkan. Rasa frustrasi yang telah lama terpendam meledak. Karyawan dari berbagai sektor turun ke jalan, menuntut kenaikan upah, perbaikan kondisi kerja, dan pemenuhan hak-hak yang dijanjikan. Pemerintah tak bisa menutup mata. Mereka tahu, suara karyawan harus dijawab, tetapi tekanan dari pengusaha yang ingin menjaga stabilitas keuangan perusahaan membuat pemerintah terjebak di tengah dilema.

Agustus, suasana berubah sedikit lebih tenang. Pemerintah akhirnya memiliki dana untuk membayar dan menjalankan berbagai proyek. Di kantor-kantor pemerintah, kegiatan baru mulai bergulir. Di perusahaan-perusahaan, suasana berangsur tenang setelah hiruk-pikuk demonstrasi. Namun, di belakang layar, semua pihak menahan napas, menunggu babak berikutnya yang datang dengan agenda-agenda besar.

September tiba, dan ketegangan kembali meningkat. Ini adalah masa lobi kenaikan UMP/UMR, saat pemerintah ditekan oleh serikat pekerja dan pengusaha. Para pekerja menuntut kenaikan upah minimum, membawa momentum demonstrasi Mei, yang belum sepenuhnya terjawab. Di sisi lain, pengusaha mendesak pemerintah untuk menjaga agar kenaikan upah tak terlalu besar, mengingat tekanan ekonomi yang mereka hadapi. Pemerintah berada di tengah-tengah konflik ini, berusaha menyeimbangkan tuntutan pekerja dan tekanan pengusaha.

Bulan-bulan lobi ini---dari September hingga November---adalah masa tarik ulur, negosiasi keras, dan strategi politik. Di berbagai pertemuan tertutup, diskusi mengenai UMP/UMR berlangsung dengan intens, mencoba mencapai kesepakatan yang tak merugikan satu pihak pun. Namun, seperti biasa, keputusan yang diambil tak akan memuaskan semua orang.

Sementara itu, November tiba, dan perusahaan mulai sibuk mempercantik laporan keuangan mereka. Angka-angka dipoles, laporan dipersiapkan untuk investor yang akan melihat hasilnya di akhir tahun. Bulan ini hingga Desember adalah waktu bagi perusahaan untuk tampil seolah-olah semuanya sempurna, bahkan ketika realitas tak selalu seindah yang tampak.

Januari, perusahaan kembali dengan wajah optimis. Mereka mengundang para investor, menampilkan laporan yang sudah dirapikan dan janji-janji pertumbuhan masa depan. Proposal diajukan, strategi baru dipresentasikan, dan para investor dirayu dengan keuntungan yang terlihat menjanjikan. Di ruangan-ruangan rapat yang mewah, senyum mengembang dan tangan berjabat, seolah semuanya akan berjalan lancar.

Namun, Februari dan Maret membawa kenyataan yang berbeda. Para investor mulai merasa kecewa. Presentasi indah yang ditawarkan pada Januari tak mampu menutupi ketidakseimbangan yang mulai terlihat. Kecewa dengan hasil yang tak sesuai harapan, satu per satu dari mereka mulai menarik diri. Dalam keheningan, janji-janji manis berubah menjadi rasa frustrasi.

Sepanjang tahun, ada satu hal yang tak berubah---karyawan terus keluar masuk perusahaan. Setiap bulan, ada yang bergabung dengan harapan baru, dan ada pula yang meninggalkan perusahaan dengan kekecewaan. Seolah-olah, siklus ini tak pernah berhenti. Dari Januari hingga Desember, di balik laporan, demonstrasi, dan negosiasi upah, roda ekonomi terus berputar, dan para karyawan terus menjadi bagian dari drama panjang yang tak pernah benar-benar berakhir.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun