Mohon tunggu...
DAVID NEHEMIA
DAVID NEHEMIA Mohon Tunggu... Dosen - Praktisi

mari saling berbagi

Selanjutnya

Tutup

Diary

Dimensi yang Tersembunyi

9 Oktober 2024   12:20 Diperbarui: 9 Oktober 2024   13:26 52
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Di tengah kepadatan kota, aku sering mendapati diriku mengamati wanita-wanita yang lalu-lalang. Di halte busway, ada yang duduk tenang, matanya terfokus pada layar ponsel, tapi aku tahu, pikirannya pasti tidak sesederhana tampakannya. Di balik ketenangannya, mungkin dia sedang memikirkan banyak hal, dari pekerjaan yang menumpuk hingga urusan rumah yang menanti. Aku duduk tak jauh darinya, diam-diam berpikir, apa yang mengisi kepalanya di saat itu?

Di tempat makan, sering kali aku melihat wanita-wanita yang tampak menikmati momen bersama teman-temannya. Tawa dan percakapan ringan mengalir di antara mereka. Tapi ada saat-saat ketika mereka terdiam sejenak, mungkin karena pikirannya melayang ke hal-hal yang tak pernah diucapkan. Aku bisa merasakannya---meski mereka tampak ceria, ada banyak hal yang sedang dipikirkan, hal-hal yang mungkin harusnya tak perlu dipikirkan tapi tak bisa dihindari.

Saat aku berada di tempat ibadah, aku melihat wanita yang khusyuk berdoa, wajahnya terlihat tenang. Tapi aku tahu, di dalam dirinya, ada doa-doa yang tidak terucap, mungkin harapan-harapan atau kekhawatiran yang berputar tanpa henti di pikirannya. Di jalan, ketika aku berpapasan dengan mereka, sekelebat senyum atau tatapan kosong bisa menyembunyikan badai pemikiran yang tak pernah benar-benar berhenti. Mereka mungkin sedang memikirkan keputusan besar, atau mungkin hanya terjebak dalam rutinitas, tapi pikirannya tetap sibuk, terus berlari ke berbagai arah.

Setiap kali aku melihat wanita di berbagai tempat seperti di halte busway, di kafe, di tempat ibadah, atau di jalan---aku menyadari satu hal yang selalu sama. Meski mereka terlihat berbeda: ada yang pendiam, ada yang periang, ada yang lebih suka menyendiri, pikirannya selalu penuh, tak pernah benar-benar berhenti. Di balik wajah yang tenang atau senyum yang hangat, ada banyak lapisan pemikiran yang terus mengalir.

Aku mengamati mereka dan terus berpikir, betapa uniknya hal ini. Bahwa di mana pun aku melihat, di tempat makan, di transportasi umum, atau di tempat ibadah, wanita memiliki kesamaan ini. Pikiran mereka tak pernah diam, selalu bergerak, berkelana tanpa batas, seolah-olah ada dunia di dalam kepala mereka yang tak bisa dimatikan. Dan di situlah letak kekuatannya---dalam segala kerumitan pemikiran yang mengisi ruang di antara keheningan dan senyum mereka.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun