Mohon tunggu...
DAVID NEHEMIA
DAVID NEHEMIA Mohon Tunggu... Dosen - Praktisi

mari saling berbagi

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

IPK atau KPI Sama Aja

1 Oktober 2024   12:56 Diperbarui: 1 Oktober 2024   13:06 47
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Dulu, saat masih kuliah, setiap semester menjadi momen yang penuh tekanan. Meningkatkan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) bukanlah perkara mudah. Setiap ujian, tugas, dan presentasi terasa seperti pertarungan hidup dan mati. Tidak jarang saya menghabiskan malam hingga larut, dikelilingi oleh tumpukan buku dan catatan, berharap bisa meraih nilai yang memuaskan. Rasanya, seluruh dunia menilai saya hanya dari angka-angka yang terpampang di transkrip.

Setelah berjuang keras, akhirnya lulus dan mendapatkan pekerjaan impian. Namun, stres yang dulu saya alami kini bertransformasi menjadi bentuk lain: stres di tempat kerja dengan Key Performance Indicator (KPI). Kini, bukan hanya nilai yang harus dijaga, tetapi juga target-target yang ditetapkan perusahaan. Setiap bulan, saya dihadapkan pada angka-angka yang harus dicapai---jumlah penjualan, tingkat kepuasan pelanggan, atau efisiensi kerja. Tekanan untuk terus memenuhi KPI tidak kalah hebatnya dibandingkan saat saya berjuang untuk IPK.

Kadang, saya merasa terjebak dalam lingkaran tanpa akhir. Kuliah adalah masa ketika saya berusaha memenuhi ekspektasi diri sendiri, sementara pekerjaan adalah tentang memenuhi ekspektasi orang lain. Di tengah kesibukan, saya kadang merindukan masa-masa kuliah yang meskipun penuh stres, tetapi juga dipenuhi oleh harapan dan kebebasan untuk belajar tanpa batas.

Tapi, di balik semua stres ini, saya menyadari satu hal: baik di dunia akademis maupun profesional, tantangan yang saya hadapi adalah bagian dari proses belajar. Setiap tekanan adalah kesempatan untuk berkembang, untuk memahami diri lebih dalam, dan untuk menemukan cara baru dalam menghadapi masalah. Meskipun stres itu nyata, saya belajar untuk mengelolanya---mengatur waktu, mencari dukungan dari rekan kerja, dan mengambil waktu untuk diri sendiri.

Akhirnya, perjalanan dari IPK ke KPI mengajarkan saya bahwa stres adalah bagian dari kehidupan, dan yang terpenting adalah bagaimana kita meresponsnya. Setiap tantangan membawa kita lebih dekat pada tujuan kita, baik itu di bangku kuliah maupun di dunia kerja.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun