Mohon tunggu...
DAVID NEHEMIA
DAVID NEHEMIA Mohon Tunggu... Dosen - Praktisi

mari saling berbagi

Selanjutnya

Tutup

Financial

Paradoks Pinjaman dan Investasi

13 September 2024   09:07 Diperbarui: 13 September 2024   09:10 36
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Berikut adalah analogi sederhana mengenai paradoks pinjaman dan investasi:

Bayangkan seorang tukang kebun dan seorang pemilik kebun.

- Pemilik Kebun (Investor): Dia memiliki bibit tanaman (modal) yang siap untuk ditanam dan tumbuh menjadi pohon yang menghasilkan buah (keuntungan). Namun, dia tidak punya waktu untuk menanam dan merawat kebun itu sendiri. Sebaliknya, dia meminjamkan bibit-bibit tersebut kepada tukang kebun, berharap suatu hari tukang kebun akan mengembalikan bibit tersebut beserta tambahan buah (imbal hasil).

 

- Tukang Kebun (Peminjam): Tukang kebun membutuhkan bibit untuk menumbuhkan kebunnya, tetapi dia tidak punya bibit sendiri. Jadi, dia meminjam bibit dari pemilik kebun dengan janji bahwa setelah pohon tumbuh dan menghasilkan buah, dia akan mengembalikan bibit ditambah beberapa buah sebagai upah kepada pemilik kebun.

Paradoksnya:

- Bagi pemilik kebun, bibit yang dipinjamkan adalah investasi. Dia memberikan bibitnya dengan harapan bibit itu akan tumbuh dan menghasilkan lebih banyak buah (keuntungan), meskipun ada risiko bahwa kebun mungkin tidak tumbuh dengan baik (risiko gagal bayar).

 

- Bagi tukang kebun, bibit itu adalah pinjaman. Bibit tersebut adalah alat untuk meningkatkan kebunnya, tetapi bibit itu bukan miliknya secara penuh. Tukang kebun memikul beban untuk memastikan kebunnya berhasil tumbuh agar bisa mengembalikan bibit bersama buah tambahan (bunga pinjaman).

Jadi, dari perspektif yang sama, satu hal yang sama (bibit) bisa menjadi investasi untuk satu orang (pemilik kebun) dan pinjaman untuk orang lain (tukang kebun). Paradoksnya, apa yang dianggap sebagai pertumbuhan bagi satu pihak (pemilik kebun yang mengharapkan keuntungan) adalah beban yang harus dikembalikan oleh pihak lain (tukang kebun yang harus membayar bunga).

Pada akhirnya, pemilik kebun berharap bibit itu akan memberi hasil lebih dari yang dia berikan, sementara tukang kebun berharap dia bisa mengelola bibit dengan baik untuk mendapatkan hasil yang cukup guna memenuhi kewajibannya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun