Rip Current adalah fenomena alam yang terdapat di daerah pesisir. Fenomena rip current ini terjadi akibat adanya dua masa gelombang yang kembali kearah laut sehingga menciptakan sebuah arus balik dengan kecepatan 80km/jam. Rip current dibagi menjadi tiga bagian yaitu arus pengisi yang berasal dari gelombang pantai, leher arus yang berasal dari dua masa arus balik yang membentuk satu jalur, dan kepala arus yang berada di lautan dan memiliki tenaga yang lemah.
(Lihat video singkat mengenai rip current pada akun Instagram diatas)
Rip current dapat kita jumpai di Pantai Selatan Sumatra hingga Selatan Jawa, salah satu pantai yang terkenal dengan rip current adalah Pantai Parangtritis. Banyak anggapan bahwa orang yang hilang saat berenang di Parangtritis adalah akibat dari tumbal Ratu Pantai Selatan. Mitos ini masih berkembang dan dipercayai oleh beberapa kalangan.
Nyi roro kidul merupakan tokoh yang dipercayai oleh masyarakat jawa sebagai penguasa Pantai Selatan. Sehingga tokoh tersebut memiliki gelar Ratu.
Apakah salah jika Kita Mempercayai bahwa ratu Pantai selatan penyebab hilangnya banyak nyawa orang yang berenang di Pantai selatan?
Tidak ada yang benar maupun salah dalam mempercayai suatu Hal yang bersifat mistis tersebut. Hal ini dikarenakan kepercayaan tersebut dibuat agar anak cucu mereka yang tinggal di daerah tersebut tidak berenang di pantai dan menjaga etika saat berwisata. Kearifan Lokal tersebut Sebenarnya berusaha dalam menjaga agar tidak terjadi korban jiwa akibat arus rip current dan menjaga lisan kita saat berwisata.
Akhir-akhir ini bermunculan tweet yang mengajak  penggunanya untuk membuktikan keberadaan nyi roro kidul dengan menggunakan baju berwarna hijau. Namun Kuranglah Bijak Kita sebagai manusia berfikir demikian tanpa mempelajari terlebih dahulu kondisi alam yang ada di pantai selatan. Alih-alih mendapatkan pengakuan kemenangan dalam menantang nyi roro kidul malah menjadi malapetaka dan kematian konyol yang akan tersebar di media Masa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H