Dengan sebatang obor bambu kecil ditangan; anak-anak, remaja, dewasa dan orang tua berarak melata melantunkan gema takbir, merambah jalanan kampung, malam itu  tepat selepas Ramadhan. Suara gesrekan ribuan sandal diatas aspal dan lantunan gema takbir bergemuruh melangitkan keagungan Asma-Nya.
Sekian puluh tahun yang lalu, dan lama kutinggalkan kampungku yang damai dinamis.Â
"Allaahu akbar Allaahu akbar Allaahu akbar, laa illaa haillallahuwaallaahuakbar. Allaahu akbar walillaahil hamd."Â
Dan kini yang kuingat hanya ibu, setiap kali gema takbir malam Iedul Fitri terdengar. Air matapun menetes pelan dalam sonata lembut wajah ibu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H