Mohon tunggu...
David Gorda
David Gorda Mohon Tunggu... -

Bahaya Kapitalisme, terlalu cinta kapital dan dunia, selalu berkonspirasi untuk mendapatkan segala cara semata bagi kepentingan keuntungan pribadi dan kelompok. Tidak perduli akan kerusakan lingkungan. Akibatnya selalu terjadi kerusakan nilai kehidupan dan ketidak seimbangan dunia.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Terpopuler dan Nilai Tertinggi

19 Desember 2017   14:59 Diperbarui: 19 Desember 2017   15:15 565
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Beberapa waktu yang lalu berselang sekitar sepekan, kita saksikan banyak yang protes dari para K'ner kepada admin K tentang proses posisi bertenggernya seorang penulis di posisi Terpopuler dan Nilai Tertinggi. Termasuk permasalahan angka viewer pembaca yang sangat mencurigakan dan terlihat sebenarnya ada permainan teknis yang menggerayangi software IT Kompasiana. Rasanya tidak mungkin terjadi dengan sendirinya atas adanya kesalahan teknis sebuah program IT.

Sampai hari inipun belum ada jawaban yang ada dari para admin K untuk pertanyaan dan keluhan Viewer, Terpopuler & NT. Sebenarnya ada apa dengan para admin kita ? Agar para admin tau saja, Para K'ner yang hadir di Kompasiana ini, adalah merupakan para tamu yang MENDATANGKAN MANFAAT bagi manajemen Kompasiana. Tanpa ada para K'ner, Kompasiana TIDAK ADA APA APANYA. Lalu Kompasiana maunya apa ? Dengan bungkam seribu kata dan kalimat ?

Bisa digajinya para admin, serta membeli peralatan investasi IT adalah di BIAYAYAI OLEH keroyokan dan kebersamaan para K'ner (Kompasianer) yang telah menyumbangkan berbagai tema dan kualitas tulisannya dengan gratis....... tis....... tis......tis. Hanya para K'ner bermaksud untuk bisa menyebarkan pola pikirnya yang kristis untuk masyarakat pembaca. 

Adanya warna keberpihakan dari Kompasiana kepada dukungan penuh kepada politik tertentu dan kepemimpinan tertentu, sejak Pilpres 2014, Pilkada DKI Jakarta, hingga kini, membuat banyak pembaca Kompasiana menyurut dan meninggalkan Kompasiana. Hal ini dapat kita lihat dari beberapa tulisan yang sekarang sangat lambat menaiknya jumlah viewer. Ini sebuah bukti dan bisa dibandingkan dengan Kompasiana 7 tahun yang lalu, dimana angka pengunjung sangat banyak mencapai pada kisaran 240.000 K'ner dan pembaca . Saya yang tadinya sebagai pembaca saja, akhirnya tertarik untuk bergabung dengan Kompasiana. 

Di Kompasiana ini, sangat terlihat dan sangat kental dengan KELOMPOKISME, GROUPISME, yang mereka selalu bergerombol hanya kepada beberapa penulis kelompok mereka saja. Jika ada penulis dari kelompok mereka mempublish tulisan, maka mereka beramai ramai komentar dan memberi vote agar tulisan kelompoknya bisa terorbit pada posisi Terpopuler atau NT. Akibatnya, hanya tulisan para KELOMPOK ini saja yang sering masuk pada posisi Terpopuler dan NT. Akhirnya kualitas isi tulisan SANGAT DIABAIKAN yang berdampak kepada para pembaca selalu disajikan bermacam tulisan ringan yang kurang mutu dan tidak ada dampak pendidikannya bagi para pembaca.

Sudah banyak tulisan yang memberi masukan kritik yang konstruktif membangun, akan tetapi kelihatannya pada admin K masih bebal serta kemungkinan, banyak gangguan penyakit pada panca indera mereka disekitar ruang kantor (sejenis virus penimbul budek penghilang empati) apalagi empati dari para admin Kompasiana yang dirasakan sangat minim.  

Semoga saja para admin lekas sembuh dari keterlenaan serangan virus tersebut. (David Gorda)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun