Siang tadi saya harus buru-buru meninggalkan sebuah rapat yang belum usai karena harus berangkat ke bandara menuju Kualanamu, Sumatera Utara. Dengan tergopoh-gopoh saya naik ojek menuju rumah, demi mengambil koper. Panasnya membuat keringat bercucuran.
Sampai di rumah. Mandi sekenanya. Lalu pesan taksi ke bandara. Saya tiba di bandara Soekarno Hatta, terminal 1A, tepat 3.40. Saya sudah checkin online. Maskapai lain boleh langsung ke gate dengan menunjukkan e-boarding. Namun karena pertama kali naik maskapai ini, demi memastikan tidak ada masalah, saya tetap bertanya ke petugas maskapai grup Lion tersebut. "Boleh mas" ujar Duta Check-in.
Bergegas saya tarik koper dan menuju ruang tunggu. Antri di pintu xray. Saya cek lagi e-boarding, tertera ruang tunggu tujuan Kualanamu di gate A3.
Lalu saya cek di monitor. Tujuan Kualanamu di gate A4. Saya melanjutkan kesana. Lalu saya tanyakan pada petugas. "Benar Pak, rencananya pesawat parkir di A4" kata si petugas.
Arloji di tangan menunjuk tepat jam 16. Aman. Mudah-mudahan on time. Namun, saya perhatikan ruang tunggu yang sesak. Kalau ruang tunggu sesak, biasanya pesawat yang harusnya sudah terbang mengalami delay. Akhirnya penumpang menumpuk.
Terkonfirmasi dari wajah-wajah gelisah. Mereka kena delay.
Saya cek lagi jam. Boarding pass bilang 16.15 mestinya naik ke pesawat. Ah sial. Ini pasti delay. Pesawat tujuan Pontianak yang 17.00 malah sudah dipanggil naik. Kami yang 16.45 malah belum. Tidak ada pemberitahuan. Tidak ada kompensasi. Sebelum pandemi, saya ingat ada kompensasi delay berupa snack ringan. Sepotong roti dan sebotol kecil air mineral.
Ah sudahlah. Tobat. Kabar bahwa superjet ini ketepatan waktunya lebih baik ketimbang kakaknya Lion ternyata keliru.