#Indonesia Maju melalui Investasi Hijau #Presidensi G20 #Bank Indonesia
Bumi semakin panas dan tidak layak huni. Â Jika kita ingin bumi selamat, maka emisi gas rumah kaca harus dipangkas sebanyak-banyaknya dan secepat-cepatnya. Demikian isi laporan terbaru Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Perubahan Iklim (IPCC).
Pada COP 26 di Glasgow tahun lalu, Presiden Jokowi telah mendeklarasikan bahwa Indonesia menargetkan bebas karbon (net zero emissions)Â pada tahun 2060. Saya sangat mengapresiasi hal ini. Namun saya juga menyimpan kekuatiran dan beberapa pertanyaan. Bagaimana cara Indonesia menuju kesana. Â Tidak ada cara lain mewujudkan ambisi net zero emissions 2060 selain membangun infrastruktur hijau sebanyak-banyaknya. Apakah kita benar mampu mewujudkannya? How do we walk the talk?Â
Momentum Indonesia memegang Presidensi G20 menjadi penting. Forum G20 ini bukan hanya mampu menaikkan ekonomi domestik. Lebih dari itu, momen ini akan memberi dampak positif bagi kita. Dalam pertemuan-pertemuan G20, kita berkesempatan mengenalkan potensi Indonesia kepada negara-negara yang hadir. Dengan mengenal lebih baik, harapannya para negara sahabat berbondong-bondong berinvestasi hijau di Indonesia.
Maksimalkan Momentum Presidensi G20
G20 atau Group of Twenty sebagai forum kerja sama ekonomi internasional antara 19 negara dan 1 lembaga Uni Eropa. Anggota G20 terdiri dari Afrika Selatan, Amerika Serikat, Arab Saudi, Argentina, Australia, Brasil, India, Indonesia, Inggris, Italia, Jepang, Jerman, Kanada, Meksiko, Republik Korea, Rusia, Perancis, Tiongkok, Turki, dan Uni Eropa. Negara-negara anggota G20 tercatat menyumbang 78% emisi karbon dunia sehingga sangat menentukan arah pengurangan emisi global.Â
Indonesia memegang tongkat komando Presidensi G20 2022. Kesempatan emas bagi Indonesia, saat seluruh dunia membicarakan dan menatap ke Indonesia. Puncak forum internasional Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 2022 akan dihelat di Bali, akhir tahun nanti. Presidensi G20 menjadi momentum untuk Indonesia untuk mengorkestrasi aksi pulih bersama dan lebih kuat (recover together, recover stronger). Negara-negara G20 perlu diajak tidak hanya berkomitmen, namun membuat aksi nyata pada implementasi green industry dan green economy.Â
Menteri Koordinator Perekonomian, Airlangga Hartarto, mengungkapkan bahwa untuk menuju impas emisi karbon (net zero emissions), Indonesia butuh sekitar Rp. 3799 triliun. Kompas, 16 Maret 2022. Ini artinya peluang untuk investasi  adaptasi perubahan iklim melalui proyek-proyek hijau sangat menjanjikan di Indonesia. Kita harus mampu 'menjajakan' diri ibaratnya gadis cantik yang sedang dibicarakan kemolekannya. Bila perlu kita 'buka baju' saja. Tampilkan semua potensi investasi yang ada. Promosikan peluang investasi hijau yang sangat besar di Indonesia.Â
Banyak hal bisa kita promosikan, sebagian contohnya:
- Investasi pengembangan industri baterai untuk mobil listrik yang lebih ramah lingkungan. Penggunaan kendaraan listrik akan semakin masif secara global. Semua negara telah berkomitmen mengurangi penggunaan kendaraan berbahan bakar BBM. Ini peluang besar untuk Indonesia menjadi produsen baterai listrik untuk kendaraan. Indonesia bisa mengajak investor untuk menanamkan dana nya di industri baterai ini.Â
- Investasi pabrik kendaraan listrik. Indonesia menjadi tempat yang cocok untuk membangun pabrik kendaraan listrik. Lahan maupun tenaga kerja tersedia. Dengan populasi penduduk yang besar, Indonesia pun bisa menjadi pasar.Â
- Investasi pariwisata hijau. Tren pariwisata hijau semakin digandrungi oleh turis. Pertemuan-pertemuan yang diselenggarakan di kawasan pariwisata seperti Labuan Bajo, Bali, Samosir (Danau Toba), Kawasan Borobudur (Magelang), Mandalika, Likupang, Sorong menjadi momentum yang sangat cocok untuk promosi pariwisata hijau dan peluang investasinya.Â
- Investasi di sektor perkebunan/pertanian. Para calon investor bisa diajak melirik sektor perkebunan. Tidak hanya untuk kebutuhan pangan, tren penggunaan biodiesel untuk kendaraan membutuhkan pasokan dari perkebunan sawit. Indonesia memiliki lahan yang luas untuk itu.
- Investasi pembangkit listrik energi terbarukan. Konsumsi yang baru sekitar 1000 kWh listrik per kapita menawarkan peluang investasi yang besar. Konsumsi ini akan terus tumbuh menyamai level negara-negara maju di 10.000 kWh per kapita. Untuk itu, perlu disiapkan puluhan ribu megawatt pembangkit listrik. Dengan moratorium PLTU, maka hanya pembangkit energi terbarukan yang boleh dibangun.Â